Sastra India
Selasa, 06 Mei 2014
0
komentar
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini mengangkat tema “Sastra” dengan judul
“Sastra India”. Makalah ini berisikan sejarah sastra India dan macam-macamnya.
Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai sastra di dunia
khususnya negara India. Tulisan ini juga bisa menjadi inspirasi bagi pembaca
yang ingin membuat suatu karya sastra, seperti karya tulis, puisi, dll.
Tulisan
ini dibuat guna memenuhi tugas sekolah. Saya menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki berbagai kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saya meminta
maaf jika dalam tulisan ini masih ditemukan beberapa kekeliruan, dan saya
juga menharapkan kritik serta saran yang bersifat mendidik. Demikian, semoga
tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terimakasih.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah 4
B. Rumusan
Masalah 4
C. Tujuan
Penelitian 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Macam-macam sastra India
1.
Sastra Sansekerta 5
2.
Weda 5
3.
Mahabharata 6
4.
Ramayana 12
B.
Sastrawan India 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Bentuk-bentuk awal sastra India berbentuk sastra lisan
yang kemudian dijadikan sastra tertulis. Kesusastraan India mencakup
karya-karya sastra Sanskerta,
seperti bentuk awal Weda, eposMahabharata dan Ramayana, drama Sakuntala, puisi-puisi seperti Mahākāvya, dan sastra
Sangam dalam bahasa Tamil. Di antara penulis India era
modern terdapat sastrawan Rabindranath Tagore
yang memenangi Hadiah Nobel tahun 1913.
B.
Rumusan masalah
·
Tuliskan macam-macam sastra India
·
Tuliskan sastrawan India
C.
Tujuan
·
Mengetahui macam-macam sastra India
·
Mengetahui sastrawan India
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
sastra India
1.
Sastra Sanskerta
Sastra atau kesusastraan
Sanskerta adalah salah satu sastra tertua di anakbenua India. Karena fungsinya yang
besar sebagai bahasa liturgis agama Hindu
(dan Buddha) serta bahwa banyak bahwa
kebanyakan bahasa modern India secara langsung diturunkan atau sangat
dipengaruhi bahasa Sanskerta, maka tidak mengherankan bahwa posisi bahasa
Sanskerta di kebudayaan India dan juga negara-negara Asia Tenggara dan Timur
mirip dengan situasi bahasa Latin dalam kebudayaan Eropa.
2.
Weda
Weda (Sanskerta: वेद;
Vid, "ilmupengetahuan") adalah kitab suciagama Hindu. Weda merupakan
kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India
Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda
termasuk dalam golongan Sruti (secara harfiah berarti "yang
didengar"), karena umat Hindu
percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu
dari Brahman (Tuhan).
Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih
ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan
dengan sistem lisan — pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu
tulisan belum ditemukan — dari guru
ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para Resi
menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat apaurusheya,
karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi. Maharesi Byasa,
menyusun kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian
utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Semua itu disusun
pada masa awal Kaliyuga.
Secara etimologi, kata Weda berakar dari
kata vid, yang dalam bahasa Sanskerta berarti
"mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid,
yang berarti "melihat" atau "mengetahui". weid juga
merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision
dalam bahasa Latin.
Upaweda
Upaweda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu
yang lebih spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan dalam
beberapa jurusan, antara lain:
Ayurveda
dan Dhanurveda memiliki beberapa kesamaan dalam kegiatan prakteknya. Keduanya
bekerja dengan memanfaatkan Marma, energi Prana
yang mengalir di dalam tubuh. Ayurveda berfungsi mengobati badan jasmani,
sedangkan Dhanurveda memanfaatkan energi prana sebagai pelindung tubuh. Konsep
ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina,
dalam akupuntur dan seni beladiri-nya.
Beberapa
bidang ilmu seperti Jyotisha (Ilmu Astrologi), Tantra,
Shiksha dan Vyakara
(Ilmu Tata Bahasa) juga bersumber pada Weda.
3.
Mahabharata
Mahabharata (Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan
belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8,
dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini
sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula
terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara
singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan
saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan
tanah negara Astina. Puncaknya
adalah perangBharatayuddha di medan
Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.
Pengaruh dalam budaya
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung
nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab
itu kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu.
Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam
berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa
lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.
Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari
Mahabharata, seperti Adiparwa,
Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa
yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa
bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi.
Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa
Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa
ini dikenal juga sebagai sastra parwa.
Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu
dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum
India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha
(Arjunawiwāha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa.
Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984)
dipersembahkan untuk raja Airlangga
dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.
Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha,
yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh
(Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar
akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh
juga menulis kakawin Hariwangśa
pada masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gaţotkacāśraya
pada masa raja Kertajaya
(1194-1222 M) dari Kediri.
Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk
disebut, di antaranya adalah Kŗşņāyana
(karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka
(pengarang tak dikenal) keduanya dari zaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña
(mpu Tanakung) di akhir zaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang
tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui
tersimpan di Bali.
Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan
inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa
dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir
(relief) pada candi-candi, seni tari,
seni lukis
hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan,
kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton SurakartaYasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18.
Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan
melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di
kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.
Versi-versi Mahabharata
Di India ditemukan dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sanskerta
yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah
"Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya versi utara
dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua.
Daftar kitab
Mahābhārata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab
atau sering disebut Astadasaparwa.
Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni
semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa
(Yayati, Yadu, Puru,
Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.
Nama kitab
|
Keterangan
|
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita
yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah pemutaran
Mandaragiri,
kisah Bagawan Dhomya
yang menguji ketiga muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa,
kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasaHidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.
|
|
Kitab Sabhaparwa berisi kisah
pertemuan Pandawa
dan Korawa di sebuah balairung untuk main
judi, atas rencana Duryodana.
Karena usaha licik Sangkuni,
permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian,
Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu
melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
|
|
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa
selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga
diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh
senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
|
|
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa
satu tahun penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah mengalami
pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai
ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala,
dan Dropadi sebagai penata rias.
|
|
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang
persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru
damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu
sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno
terbagi menjadi dua kelompok.
|
|
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal
yang menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa
bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjunamenjelang perang berlangsung.
Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā.
Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh
karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
|
|
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah
pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa.
Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona
gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang
tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab
tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
|
|
Kitab
Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna
sebagai panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona,
dan sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima.
Salya menjadi kusir kereta Karna,
kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
|
|
Kitab Salyaparwa berisi kisah
pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu
juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali
perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para
Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam
perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
|
|
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah
pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia
bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam
kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa.
Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa.
Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi perkelahian antara
Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan
itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
|
|
Kitab Striparwa berisi kisah ratap
tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan
upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air
suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti
menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
|
|
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah
penyerahan diri Yudistira
kepada Resi Bhisma
untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha,
aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya.
Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
|
|
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah
pelaksanaan upacara Aswamedha
oleh Raja Yudistira.
Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para Raja di dunia, kisah
kelahiran Parikesit
yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun
dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
|
|
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah
kepergian Drestarastra,
Gandari, Kunti,
Widura, dan Sanjaya
ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta
sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang membawa kabar bahwa
mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api sucinya sendiri.
|
|
Kitab Mosalaparwa menceritakan
kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan
kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati
dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau
mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
|
|
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan
kisah Yudistira
yang mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk
mencapai surga oleh Dewa Indra.
Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia
menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing
menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.
|
Suntingan teks
Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar di Bhandarkar Oriental Research Institute, Pune,
membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan
luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata.
Suntingan teks ini terdiri dari 13.000 halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu
suntingan ini diikuti dengan Harivaṃsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks.
Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata
.
4. Ramayana
Ramayana (dari bahasa Sanskerta: रामायण, Rāmâyaṇa;
yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti
"Perjalanan Rama") adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki)
atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata.
Ramayana
terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam
bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang
tidak semua berdasarkan kakawin ini.
Dalam bahasa Melayu didapati
pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam
bahasa Jawa kuna.
Banyak yang
berpendapat bahwa kanda pertama dan ketujuh merupakan sisipan baru. Dalam
bahasa Jawa Kuna, Uttarakanda didapati
pula.
Pengaruh dalam budaya
Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk
lukisan maupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu.
Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam budaya pewayangan
di Nusantara, seperti misalnya di Jawa
dan Bali. Selain itu di beberapa negara (seperti
misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos,
Philipina, dan lain-lain), Wiracarita Ramayana
diangkat sebagai pertunjukan kesenian.
Daftar kitab
Wiracarita Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda.
Urutan kitab menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita
Ramayana. Lihat di bawah ini :
Nama kitab
|
Keterangan
|
Kitab
Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan
Prabu Dasarata yang memiliki tiga
permaisuri, yaitu: Kosalya,
Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat
orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda
juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan
memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
|
|
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah
dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita
dan Lakshmana karena permohonan
Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata
yang sudah tua wafat. Bharata
tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak
untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama
Sang Rama.
|
|
Kitab Kiskindhakanda menceritakan
kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa
merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran,
Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama
dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
|
|
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah
pertempuran antara laskar kera Sang Rama
dengan pasukan rakshasa
Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha
pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka.
Sementara itu Wibisana
diusir oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran,
Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan
selamat ke Ayodhya
bersama Dewi Sita.
|
|
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah
pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama
mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita.
Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa
dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana
Sang Rama pada saat upacara Aswamedha.
Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.
|
B.
Sastrawan
India
Salah satu sastrawan India yang terkenal ialah
Rabindranath Tagore. Rabindranath
Tagore (bahasa Bengali:
Rabindranath Thakur; lahir di
Jorasanko, Kolkata, India,
7 Mei1861 – meninggal 7 Agustus1941
pada umur 80 tahun) juga dikenal dengan nama Gurudev, adalah seorang Brahmo Samaj, penyair, dramawan, filsuf,
seniman, musikus dan sastrawanBengali. Ia terlahir dalam keluarga Brahmana Bengali, yaitu Brahmana yang tinggal di wilayah Bengali, daerah
di anakbenua India
antara India dan Bangladesh. Tagore merupakan orang Asia
pertama yang mendapat anugerah
Nobel dalam bidang sastra (1913).
Tagore mulai menulis puisi sejak usia delapan tahun, ia menggunakan nama samaran “Bhanushingho” (Singa Matahari) untuk
penerbitan karya puisinya yang pertama pada tahun 1877, dan menulis cerita
pendek pertamanya pada usia enam belas tahun. Ia mengenyam pendidikan dasar di
rumah (Home Schooling), dan tinggal di Shilaidaha, serta sering melakukan perjalanan
panjang yang menjadikan ia seorang yang pragmatis dan tidak suka/patuh pada
norma sosial dan adat. Rasa kecewa kepada British Raj membuat Tagore memberikan dukungan
pada Gerakan Kemerdekaan
India dan berteman dengan Mahatma Gandhi. Dan juga dikarenakan rasa
kehilangan hampir segenap keluarganya, serta kurangnya penghargaan dari
Benggala atas karya besarnya, Universitas
Visva-Bharati.
Beberapa karya besarnya antara lain Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced),
dan Ghare-Baire (The Home and the World), serta karya puisi, cerita
pendek dan novel dikenal dan dikagumi dunia luas. Ia juga seorang reformis
kebudayaan dan polymath yang memodernisasikan seni budaya di Benggala. Dua buah lagu dari aliran Rabindrasangeet (sebuah aliran lagu yang ia
ciptakan) kini menjadi lagu kebangsaanBangladesh (Amar Shonar Bangla) dan India
(Jana Maha Gana).
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar