SASTRA MELAYU KLASIK
Minggu, 12 Januari 2014
0
komentar
SASTRA MELAYU KLASIK
Oleh :
Naufal Qadri Syarif
Madrasah Aliyah Negeri 2 Model Makassar
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Dengan mempersembahkan puji dan syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, akhirnya saya selaku penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Sastra melayu klasik.
Makalah ini ditulis dalam rangka menyelesaikan
tugas dari guru mata pelajaran
yang bersangkutan. Selain itu, pada akhir makalah
ini, kami sediakan kesimpulan, yang mana dimungkinkan bagi setiap
pembaca mampu memahami intisari dari makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan secara tidak langsung telah membantu.
Penulis juga mohon maaf
bila mana makalah ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu, saran dan masukan demi
perbaikan sangat diharapkan. Semoga karya kecil ini dapat berguna.
Makassar,
12 Januari
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang 3
B. Rumusan
Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sastra melayu klasik 4
B. Ciri-ciri sastra melayu klasik 4
C. Penggolongan sastra melayu klasik 5
D. Pembagian sastra melayu klasik berdasarkan bentuknya 6
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 15
B. Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sastra (Sanskerta: शास्त्र, shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta śāstra,
yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau
"pedoman", dari kata dasar śās- yang berarti "instruksi"
atau "ajaran". Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki
arti atau keindahan tertentu. Yang agak biasa adalah pemakaian istilah sastra
dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai
sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa
puitis atau abstraknya.
Istilah sastrawan adalah salah satu
contohnya, diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis
atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan
tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan
pengalaman atau pemikiran tertentu.Karya sastra merupakan hasil cipta rasa
manusia. Karya sastra lahir dari ekspresi jiwa seorang pengarang.
Suatu hasil karya dikatakan memiliki
nilai sastra jika isinya dapat menimbulkan perasaan haru, menggugah, kagum, dan
mendapat tempat di hati pembacanya. Karya sastra seperti itu dapat dikatakan
sebagai karya sastra yang adiluhung, yaitu karya yang dapat menembus ruang dan
waktu.Sedangkan pembagian sastra itu sendiri ada dua yaitu, sastra lama
(klasik) dan sastra baru (modern). Disini saya akan menjelaskan beberapa hal tentang sastra melayu klasik (lama).
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Jelaskan
pengertian sastra melayu klasik
2)
Jelaskan ciri-ciri
sastra melayu klasik
3)
Jelaskan
penggolongan sastra melayu klasik
4)
Jelaskan
beberapa pembagian sastra melayu klasik berdasarkan bentuknya
C. Tujuan penelitian
Tujuan-tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Untuk mengetahui pengertian dari Sastra melayu klasik
2.Untuk mengetahui ciri-ciri
sastra melayu klasik
3.Untuk mengetahui penggolongan
sastra melayu klasik
4.Untuk mengetahui pembagian sastra
berdasarkan bentuknya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
sastra melayu klasik
Sastra melayu klasik juga disebut dengan
Sastra melayu lama adalah sastra yang terbentuk lisan atau sastra melayu yang
tercipta dari suatu ajaran atau ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia
bersamaan dengan masuknya agama islam pada abad ke-13.
Sastra melayu lama adalah bagian dari
karya sastra Indonesia yang dihasilkan antara tahun 1870-1842. Peninggalan sastra
melayu lama terlihat pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di
minye tujuh, Aceh. Sastra melayu klasik berkembang dilingkungan
masyarakat sumatera seperti “langkat, tapanuli, minangkabau dan daerah sumatera
lainnya”. Karya sastra pertama yang terbit sekitar tahun 1870 masih dalam
bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel barat.
Yang dimaksud dengan sastra melayu
klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah melayu pada masa
sebelum dan sesudah islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa balaik
pustaka. Masa sesudah islam merupakan zaman dimana sastra melayu berkembang
begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh islam yang mengembangkan sastra
melayu. Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu Kuna berasal dari
abad ke-7 Masehi, dan tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan
Sriwijaya di bagian selatan Sumatera dan wangsa Syailendra di beberapa tempat
di Jawa Tengah. Tulisan ini menggunakan aksara Pallawa.[3] Selanjutnya,
bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak
kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.
B.
Ciri-ciri sastra melayu klasik
1. Bersifat onomatope/anonim, yaitu nama pengarang tidak dicantumkan
dalam karya sastra.
2. Merupakan milik bersama masyarakat.
3. Timbul karena adat dan kepercayaan masyarakat
4. Bersifat istana sentris, maksudnya ceritanya berkisar pada
lingkungan istana
5. Disebarkan secara lisan
6. Banyak bahasa klise, yaitu bahasa yang bentuknya tetap
C.
Penggolongan sastra melayu klasik
Sastra
Melayu Klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu tetentukerena
hasil karyanya tidak memperlihatkan waktu. Semua karya berupa milik bersama.
Karena itu, penggolongan biasanya berdasarkan atas: bentuk, isi, dan pengaruh
asing. Adapun penggolongan Sastra Melayu Klasik yaitu:
1.
Melayu
Klasik Asli
Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa sastra melayu
klasik asli ini merupakan sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang
tercipta dari suatu ujaran dan ucapan.
2.
Sastra
melayu pengaruh jawa
Pengaruh jawa cukup mewarnai khazanah sastra melayu nusantara baik
yang tumbuh di tataran tanah Melayu Sumatera seperti sastra melayu Deli, Aceh,
Minang Palembang, dan sebagainya, maupun diluar sumatera seperti Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagainya. Kondisi semacam ini berkaitan dengan
kekuasaan pemerintahan kerajaan yang jumlahnya cukup banyak di Tanah Jawa.
Puncaknya, adalah munculnya Kerajaan Majapahit yang menguasai banyak
kerajaan kecil di berbagai tempat termasuk kerajaan-kerajaan yang muncul di
kawasan Malaysia, brunai, Filipina, singapura, dan sebagainya.
3.
Sastra
melayu India
Awal jaman prasejarah adalah sejak bumi Indonesia didiami dan
berakhir setelah Indonesia mengenal tulisan. Bila dilihat dari letak Indonesia
merupakan jembatan penghubung yang terletak di tengah-tengah dua Negara besar
yang merupakan sentral perekonomian Asia yaitu India dan Cina. Hubungan
India-Cina terjadi jauh sebelum abad V Masehi. Bukti-bukti adanya
India-Indonesia tidak begitu banyak. India sejak sebelum tarikh masehi telah
mengenal tulisan dan telah mengenal system kerajaan, mestinya terdapat
peninggalan sejarah yang merekam hubungan India – Indonesia secara jelas. Namun
ternyata tidak di temukan dengan lengkap. Beberapa bukti mengenai hubungan
India – Indonesia :
a.
Kitab
ataka, mengenai kelahiran sang Bhuda Sidharta Gautama, dalam kitab tersebutdi
sebut-sebut sebuah negeri yaitu Swarnabhumi = Sumatera
b.
Kitab
Ramayana, menceritakan tentang kisah rama – Shinta
c.
Argyre
Chora = negeri perak
d.
Chrysie
Chora = negeri emas
e.
Chrysie
Chersonesos = semenanjung emas
f.
Labadiou =
pulau enjelai
4.
Sastra melayu Arab persi
Pengaruh Budaya Arab – Persia dibidang Bahasa awalnya, konversi
Islam terjadi di semenanjung Malayu dan sekitarnya. Menyusul konversi tersebut,
penduduknya meneruskan penggunaan bahasa Melayu. Melayu ini digunakan sebagai
bahasa dagang dan banyak digunakan di bagian barat kepulauan Indonesia. Sesuai
dengan perkembangan awal Arab – Persia, bahasa melayu pun telah memasukkan
sejumlah kosakata Arab ke dalam struktur bahasanya. Seiring dengan naiknya Islam sebagai agama
dominan di kepulauan nusantara, terjadi pula adaptasi bahasa yang digunakan
Islam. Ini diantaranya merasuk ke struktur penanggalan Saka yang menjadi
mainstream di kebudayaan India. Misalnya, nama-nama bulan Islam kemudian
disinkretisasi oleh Sultan Agung (Mataram Islam) ke dalam system penanggalan
Saka. Selain masalah pembagian bulan, bahasa Arab pun merambah ke struktur
kosakata. Sama dengan sejumlah bahasa sanskerta yang akhirnya diakui selaku
bagian dari bahasa Indonesia .
D.
Pembagian sastra melayu klasik berdasarkan bentuknya
a.
Prosa lama
1)
Dongeng
Dongeng
adalah prosa cerita yang isinya hanya khayalan saja, hanya ada dalam fantasi
pengarang. Dongeng dibedakan menjadi:
·
Fabel:
Dongeng tentang kehidupan binatang. Dongeng tentang kehidupan
binatang ini dimaksudkan agar menjadi teladan bagi kehidupan manusia pada
umumnya. (Menurut Dick hartoko dan B. Rahmanto, yang dimaksud fabel adalah
cerita singkat, sering dalam bentuk sanjak, yang bersifat didaktis bertepatan
dengan contoh yang kongkret. Tumbuh-tumbuhan dan hewan ditampilkan sebagai
makhluk yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara sebagai manusia. Diakhiri
dengan sebuah kesimpulan yang mengandung ajaran moral).
·
Farabel:
Dongeng tentang binatang atau benda-benda lain yang mengandung
nilai pendidikan. Binatang atau benda tersebut merupakan perumpamaan atau
lambang saja. Peristiwa ceritanya merupakan kiasan tentang pelajaran kesusilaan
dan keagamaan.
·
Legenda:
Dongeng yang dihubungkan dengan keajaiban alam, terjadinya suatu
tempat, dan setengah mengandung unsur sejarah.
·
Mite:
Dongeng yang berhubungan dengan cerita jin, peri, roh halus, dewa,
dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan animisme.
·
Sage:
Dongeng yang mengandung unsur sejarah meskipun tidak seluruhnya
berdasarkan sejarah. (Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto, kata sage berasal
dari kata jerman “was gesagt wird” yang berarti apa yang diucapkan,
cerita-cerita alisan yang intinya historis, terjadi di suatu tempat tertentu
dan pada zaman tertentu. Ada yang menceritakan tentang roh-roh halus, mengenai
ahli-ahli sishir, mengenai setan-setan atau mengenai tokoh-tokoh historis.
Selalu ada ketegangan antara dunia manusia dan dunia gaib. Manusia selalu
kalah. Nada dasarnya tragis, lain daripada dongeng yang biasanya optimis)
2)
Hikayat
Kata hikayat berasal dari bahasa Arab yang artinya cerita. Hikayat
adalah cerita yang panjang yang sebagian isinya mungkin terjadi
sungguh-sungguh, tetapi di dalamnya banyak terdapat hal-hal yang tidak masuk
akal, penuh keajaiban. (Dick hartoko dan B. Rahmanto memberikan definisi
hikayat sebagai jenis prosa cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan
kepahlawanan orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar
istana dengan segala kesaktian, keanehan dan muzizat tokoh utamanya, kadang
mirip cerita sejarah atau berbentu riwayat hidup.
3)
Tambo
Tambo adalah cerita sejarah, yaitu cerita tentang kejadian atau
asal-usul keturunan raja.
4)
Wira carita
(cerita kepahlawanan)
Wira carita adalah cerita yang pelaku utamanya adalah seorang
kesatria yang gagah berani, pandai berperang, dan selalu memperoleh kemenangan.
b.
Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
·
Jumlah kata dalam 1 baris
·
Jumlah baris dalam 1 bait
·
Persajakan (rima)
·
Banyak suku kata tiap baris
·
Irama
ü Jenis-jenis puisi lama
o Mantra
Mantra Mantra adalah puisi yang memiliki aspek ritual, diucapkan
pada kesempatan tertentu dengan cara-cara tertentu dan ditujukan pada makhluk
gaib. Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu
pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan
dengan adat dan kepercayaan. Mantra
juga merupakan kata-kata yang mengandung hikmat dan kekuatan gaib. Mantra
sering diucapkan oleh dukun atau pawang, namun ada juga seorang awam yang
mengucapkannya.
Ciri-ciri mantra yaitu:
Ø Berirama akhir
abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Ø Bersifat lisan,
sakti atau magis
Ø Adanya perulangan
Ø Metafora merupakan
unsur penting
Ø Bersifat esoferik
(bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius
Ø Lebih bebas
dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
o Bidal
Bidal adalah pepatah atau peribahasa dalam sastra Melayu lama yang
kebanyakan berisi sindiran, peringatan, nasehat, dan sejenisnya bentuk kalimat singkat
dan memperhitungkan rima atau keindahanbunya.
Yang termasuk kategori
bidal adalah sebagai berikut.
Ø Ungkapan, yaitu kiasan tentang keadaan atau kelakauan yang
dinyatakan dengan sepatah atau beberapa patah kata.
Ø Peribahasa , yaitu kalimat lengkap yang mengungkapkan keadaan atau
kelakuan seseorang dengan mengambil perbandingan dengan alam sekitar.
Ø Tamsil, yaitu seperti perumpamaan tetapi dikuti bagian kalimat
yang menjelaskan.
Ø Ibarat, yaitu seperti perumpamaan dan tamsil tetapi diikuti bagian
yang menjelaskan yang berisi perbandingan dengan alam.
Ø Pepatah, yaitu kiasan tetap yang dinyatakan dalam kalimat selesai.
Ø Pemeo, yaitu ucapan yang terkenal dan diulang-ulang, berfungsi
sebagai semboyan atau pemacu semangat.
o Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait,
kedua lariknya merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut
hubungan sebab-akibat. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah
atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau
perjanjian pada baris pertama tadi.
Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh
kebudayaan Hindu. Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
o Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan.
Syair timbul setelah terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri
dari empat baris sebait, berisi nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi
cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi. Syair Syair adalah
puisi atau karangan dalam bentuk cerita yang mementingkan irama sajak. Syair
adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
Ciri-ciri syair yaitu:
Ø terdiri dari empat baris
Ø tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
Ø persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
Ø tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
Ø terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
Ø biasanya berisi cerita atau berita.
o Karmina
Karmina adalah pantun
dua seuntai (pantun kilat)yang terdiri dari dua baris, baris pertama sebagai
sampiran dan baris kedua sebagai isi.
Ciri-ciri karmina yaitu:
Ø Setiap bait
merupakan bagian dari keseluruhan.
Ø Bersajak aa-aa,
aa-bb
Ø Bersifat epik:
mengisahkan seorang pahlawan.
Ø Tidak memiliki
sampiran, hanya memiliki isi.
Ø Semua baris
diawali huruf capital.
Ø Semua baris
diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Ø Mengandung dua hal
yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
o Seloka
Seloka merupakan bentuk
puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda
gurau, sindiran bahkan ejekan.
Ciri-ciri seloka yaitu:
Ø Ditulis empat
baris memakai bentuk pantun atau syair,
Ø Namun ada seloka
yang ditulis lebih dari empat baris.
o Pantun
Pantun yaitu salah satu
bentuk puisi lama Melayu yang di dalamnya tersirat kehalusan budi dan ketajaman
pikiran Pantun ialah puisi lama yang
terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata,
persajakan, dan isi).
Ciri-ciri pantun yaitu:
Ø Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang
merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
Ø Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku
kata (umumnya 10 suku kata).
Ø Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi
pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau disampaikan).
Ø Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel (ab-ab atau
abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
Ø Beralun dua
Berdasarkan
bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi:
§ Pantun biasa, yaitu
pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
§ Pantun kilat/karmina,
yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
§ Pantun berkait, yiatu
pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan
bait berikutnya.
§ Talibun, yaitu
pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya,
separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
§ Seloka, yaitu
pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya,
pantun dibedakan menjadi :
v Pantun anak-anak
pantun
bersuka cita
pantun
berduka cita
v Pantun muda
pantun
perkenalan
pantun
berkasih-kasihan
pantun
perceraian
pantun
beriba hati
pantun
dagang
v Pantun tua
pantun
nasehat
pantun adat
pantun
agama
v Pantun jenaka
v Pantun teka-teki
o Puisi-puisi arab
Bentuk-bentuk
puisi arab yaitu:
§ Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama
dengan disthikon). Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan
seterusnya) dan beiri puji-pujian untuk pahlawan.
§ Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama
dengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat,
puji-pujian atau kasih sayang.
§ Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama
dengan quin).
§ Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait
(sama dengan stanza atau oktaaf).
§ Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.
o Di samping yang sudah disebutkan di atas, ada beberapa bentuk lain
yang perlu dikenal walaupun sebenarnya tidak murni berasal dari Sastra Melayu.
Bentuk-bentuk tersebut adalah:
§ Kaba adalah jenis prosa lirik dari sastra Minangkabau tradisional
yang dapat didendangkan. Biasanya orang lebih tertarik pada cara penceritaan
daripada isi ceritanya. Kaba termasuk sastra lisan yang dikisahkan turun
temurun. Contohnya adalah cerita Sabai nan Aluih.
§ Kakawin adalah sejenis puisi yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno
dan yang mempergunakan metrum dari India (Tambo). Berkembang pada masa Kediri
dan Majapahit. Penyairnya disebut kawi. Contohnya Ramayana, Arjunawiwaha, dan
negarakertagama.
§ Kidung merupakan jenis puisi Jawa Pertengahan yang mempergunakan
persajakan asli Jawa
§ Parwa adalah jenis prosa yang diadaptasi dari bagian-bagian epos
dalam bahasa sanskerta dan menunjukkan ketergantungannya dengan kutipan-kutipan
dari karya asli dalam Bahasa Sanskerta. Kutipan-kutipan tersebut tersebar di
seluruh teks parwa yang biasanya berbahasa Jawa Kuno.
§ Cerita pelipur lara merupakan ejenis sastra rakyat yang pada
mulanya berbentuk sastra lisan. Cerita jenis ini bersifat perintang waktu dan
menghibur belaka. Kebanyakan menceritakan tentang kegagahan dan kehebatan
seorang ksatria tampan yang harus menempuh seribu satu masalah dalam usahanya
merebut putri cantik jelita yang akan dipersunting. (Hampir sama dengan
hikayat).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sastra adalah Suatu hasil karya baru dapat dikatakan
memiliki nilai sasatra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk
bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat menimbulkan
perasaan haru dan kagum di hati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling
mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya
sebagai prwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi
cara pengungkapan bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai
cipta sastra, begitu juga sebaliknya.
Sastra lama yaitu sastra yang hidup dan
berkembang pada masa melayu, disebut sastra melayu klasik karena pada saat itu
belum mengenal tulisan dan masih berupa lisan.
B. SARAN
Setelah mengetahui dan memahami begitu banyak tentang sastra
melayu klasik, hendaknya kita mempergunakan pengetahuan itu dengan baik bukan
malah kita sia-siakan penegetahuan yang begitu berharga ini.
DAFTAR
PUSTAKA
http://melayuonline.com
http://agepe-lesson.blogspot.com
http://Kompas.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar