perang dingin antara amerika dan unisoviet
Selasa, 21 Januari 2014
1
komentar
PERANG DINGIN
ANTARA AMERIKA DAN UNISOVIET
Perang
dingin adalah sebutan bagi sebuah periode
dimana terjadi konflik, ketegangan, dan kompetisi antara Amerika Serikat
(beserta sekutunya disebut Blok Barat) dan Uni Soviet (beserta sekutunya
disebut Blok Timur) yang terjadi antara tahun 1947—1991.
Persaingan keduanya terjadi di berbagai bidang: koalisi militer,
ideologi, psikologi, dan tilik sandi, militer, industri, dan pengembangan
teknologi, pertahanan, perlombaan nuklir dan persenjataan, dan banyak lagi. Ditakutkan
bahwa perang ini akan berakhir dengan perang nuklir, yang akhirnya tidak
terjadi. Istilah "Perang Dingin"
sendiri diperkenalkan pada tahun 1947 oleh Bernard Baruch dan Walter Lippman
dari Amerika Serikat untuk menggambarkan hubungan yang terjadi di antara kedua
negara adikuasa tersebut.
Setelah AS dan Uni Soviet bersekutu dan berhasil menghancurkan Jerman
Nazi, kedua belah pihak berbeda pendapat tentang bagaimana cara yang tepat
untuk membangun Eropa pascaperang. Selama beberapa dekade selanjutnya,
persaingan di antara keduanya menyebar ke luar Eropa dan merambah ke seluruh
dunia ketika AS membangun "pertahanan" terhadap komunisme dengan
membentuk sejumlah aliansi dengan berbagai negara, terutama dengan negara di
Eropa Barat, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Meskipun kedua negara adikuasa itu tak pernah bertempur secara langsung,
namun konflik di antara keduanya secara tak langsung telah menyebabkan berbagai
perang lokal seperti Perang Korea, invasi Soviet terhadap Hungaria dan
Cekoslovakia dan Perang Vietnam. Hasil dari Perang Dingin termasuk (dari
beberapa sudut pandang) kediktatoran di Yunani dan Amerika Selatan. Krisis
Rudal Kuba juga adalah akibat dari Perang Dingin dan Krisis Timur Tengah juga
telah menjadi lebih kompleks akibat Perang Dingin. Dampak lainnya adalah
terbaginya Jerman menjadi dua bagian yaitu Jerman Barat dan Jerman Timur yang
dipisahkan oleh Tembok Berlin. Namun ada pula masa-masa di mana ketegangan dan
persaingan di antara keduanya berkurang. Perang Dingin mulai berakhir di tahun
1980-an ketika Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev meluncurkan program
reformasi, perestroika dan glasnost. Secara konstan, Uni Soviet kehilangan
kekuatan dan kekuasaannya terhadap Eropa Timur dan akhirnya dibubarkan pada
tahun 1991.
A.
Latar belakang
Setelah Perang Dunia II berakhir, muncul beberapa peristiwa penting yang
mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Peristiwa-peristiwa itu antara
lain yaitu: Pertama, Amerika Serikat muncul sebagai salah satu negara pemenang
perang di pihak Sekutu. Peran Amerika Serikat sangat besar membantu
negara-negara Eropa Barat untuk memperbaiki kehidupan perekonomiannya setelah
Perang Dunia II. Kedua, Uni Soviet juga muncul sebagai negara besar pemenang
perang dan berperan membangun perekonomian negara-negara Eropa Timur. Ketiga,
munculnya negara-negara yang baru merdeka setelah Perang Dunia II di wilayah
Eropa. Perang Dunia II yang berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu tidak
terlepas dari peran Uni Soviet, Uni Soviet membebaska Eropa Timur dari tangan
Jerman. Sambil membebaskan Eropa Timur dari tangan Jerman, Uni Soviet
mempergunakan kesempatan itu untuk meluaskan pengaruhnya, dengan cara
mensponsori terjadinya perebutan kekuasaan di berbagai negara Eropa Timur
seperti di Bulgaria, Albania, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Cekoslowakia,
sehingga negara-negara tersebut masuk kedalam pengaruh pemerintahan komunis Uni
Soviet.
Uni Soviet mengalami penguatan otoritas yang cukup berarti setelah
Perang Dunia II. Kerjasama diplomatik dengan 52 negara terbentuk pada saat itu.
Uni Soviet pun turut serta dalam Konferensi Paris tahun 1946, untuk membahas
nasib negara-negara bekas sekutu Jerman seperti Italia, Bulgaria, Hungaria,
Rumania, dan Finlandia. Amerika Serikat bersama Uni Soviet juga memprakarsai
berdirinya PBB pada tahun 1945 bersama dengan kekuatan anti-Fasis lainnya.
Namun kemesraan hubungan negara-negara yang tergabung dalam koalisi
anti-Fasisme itu tidak bertahan lama dan semulus yang diharapkan. Pada tahun
1946, Stalin yang mengusung ide “Komunisme Internasional” (Komintern) menuduh
Inggris dan Amerika Serikat melancarkan kebijakan-kebijakan internasional yang
agresif. Tuduhan ini dijawab oleh Perdana Menteri Inggris dengan menentang
kekuatan yang disebutnya “Komunis Timur”, yang akhirnya membelah sistem perpolitikan
internasional menjadi dua.
Periode 1945-1969
Berakhirnya Perang Dunia II telah mengubah perkembangan politik dunia.
Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai negara pemenang perang muncul menjadi
kekuatan raksasa. Dua negara tersebut memiliki perbedaan ideologi, Amerika
Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi
sosialis-komunis. Dalam waktu singkat memang pernah terjadi persahabatan
diantara keduanya, namun kemudian muncul antagonisme diantara mereka.
Ada dua karakter pada periode ini, Pertama, adanya keprihatinan akan
ambisi rivalnya yang menimbulkan pesimisme. Kedua, Amerika Serikat dan Uni
Soviet merupakan kekuatan militer yang sangat kuat dan memiliki kemampuan untuk
menghancurkan musuhnya dengan senjata atom. Sehingga dalam periode ini muncul
hal-hal sebagai berikut:
Doktrin
Pembendungan Bulan Februari 1946, Stalin memberikan pidato yang berbicara
tentang “tak terhindarnya konflik dengan kekuatan kapitalis". Ia mendesak
rakyat Soviet untuk tidak terperdaya dengan berakhirnya perang yang berarti
negara bisa santai. Sebaliknya perlu mengintensifkan usaha memperkuat dan
mempertahankan tanah air. Tidak lama setelah munculnya tulisan George F Kennan,
diplomat di Kedubes AS di Uni Soviet, yang memaparkan tentang kefanatikan Uni
Soviet, Presiden Harry S Truman mendeklarasikan apa yang kemudian disebut
Doktrin Truman. Doktrin ini menggarisbawahi strategi pembendungan politik luar
negeri AS sebagai cara untuk menghambat ambisi ekspansionis Uni Soviet. AS juga
merekrut sekutu-sekutunya untuk mewujudkan tujuan itu. Karena menurut teori
domino, jika satu negara jatuh maka akan berjatuhanlah negara-negara tetangga
lainnya.
Lingkungan
Pengaruh dan Pembentukan Blok Ketidakmampuan sebuah negara adidaya memelihara
”lingkungan pengaruh” diinterpretasikan sebagai akibat dari program global
negara adidaya yang lain. Misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para
pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia.
Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni
Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia.
Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah
pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar
(kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya.
Amerika Serikat dan sekutunya membentuk Organisasi Pertahanan Atlantik
Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) yang berdiri pada tanggal 4
April 1949 di Washington, AS. Apabila salah satu anggota NATO diserang, maka
serangan itu dianggap sebagai serangan terhadap NATO. Di pihak lain, Uni Soviet
dan sekutunya membentuk Pakta Warsawa (Warsawa Pact) pada tanggal 14 Mei 1955
di Praha-Cekoslowakia atas dasar ”Pact of Mutual Assistance and Unified
Command”.
Di berbagai kawasan pun muncul blok-blok yang memihak salah satu negara
adidaya, di Asia Tenggara dibentuk South East Asia Treaty Organization (SEATO)
pada tanggal 8 September 1954 di Manila, Philipina . SEATO ditujukan untuk
menahan pengaruh komunis di Asia Tenggara, khususnya di Vietnam. Sebagai salah
satu organisasi yang berdiri di Asia Tenggara, negara-negara utama di Asia
Tenggara malah tidak diikutsertakan di SEATO, anggota-anggotanya yang utama
justru negara-negara Blok Barat yang dipimpin oleh AS. Di kawasan Timur Tengah
juga dibentuk Organisasi Pertahanan Timur Tengah (Middle Eastern Treaty
Organization/METO).Sedangkan Uni Soviet juga menjalin kerjasama dengan RRC pada
tahun 1950 untuk menghadapi kemungkinan agresi Jepang sebagai negara di bawah
kendali AS. Serta pembentukan Cominform (The Communist Information Bureau) di
Beograd, Yugoslavia pada tahun 1947. Di sisi lain, kegiatan spionase juga turut
mewarnai Perang Dingin. KGB (Komitet Gusudarstvennoy Bezopasnosti), dinas
rahasia Uni Soviet, dan CIA (Central Intelligence Agency), dinas rahasia AS
selalu berusaha untuk memperoleh informasi rahasia mengenai segala hal yang
menyangkut negara-negara yang berada di bawah pengaruh kedua belah pihak serta
informasi-informasi sensitif mengenai lawannya sendiri.
Periode 1969-1979
Hubungan Amerika Serikat-Uni Soviet mengalami perubahan drastis dengan
terpilihnya Richard Nixon sebagai Presiden AS. Didampingi penasehat
keamanannya, Henry A. Kissinger, Richard Nixon menempuh pendekatan baru
terhadap Uni Soviet pada tahun 1969. Tidak disangka, ternyata Uni Soviet juga
sedang mengambil pendekatan yang sama terhadap AS. Pendekatan ini lazim disebut
dƩtente (peredaan ketegangan). Sebagai sebuah strategi politik luar negeri,
dĆ©tente dijelaskan Kissinger sebagai upaya menciptakan ”kepentingan tertentu
dalam kerjasama dan perbatasan, sebuah lingkungan dimana kompetitor dapat
meregulasi dan menghambat perbedaan diantara mereka dan akhirnya melangkah dari
kompetisi menuju kerjasama”.
Sebagai langkah lebih lanjut, pada 26 Mei 1972 Presiden Richard Nixon
dan Leonid Brezhnev menandatangani Strategic Arms Limitation Treaty I (SALT I)
di Moskow. SALT I berisi kesepakatan untuk membatasi persediaan senjata-senjata
nuklir strategis/Defensive Antiballistic Missile System. SALT I juga berisi
kesepakatan untuk membatasi jumlah misil nuklir yang dimiliki oleh kedua belah
pihak, sehingga Uni Soviet hanya diijinkan untuk memiliki misil maksimal 1600
misil, dan AS hanya diijinkan memiliki 1054 misil.
Periode 1979-1985
Setelah 10 tahun dijalankan, tampaknya Uni Soviet tidak kuat lagi untuk
menjalani dƩtente. Akhirnya pada tahun 1979 Uni Soviet pun menduduki
Afghanistan yang sebenarnya mengundang pasukan Uni Soviet masuk kesana untuk
membantu mereka. Aksi semena-mena ini mengundang reaksi keras dari pihak AS,
Presiden AS Jimmy Carter menyatakan, agresi Uni Soviet di Afghanistan
mengkonfrontasi dunia dengan tantangan strategis paling serius sejak Perang
Dingin dimulai. Lalu akhirnya muncullah Doktrin Carter yang menyatakan bahwa AS
berkeinginan untuk menggunakan kekuatan militernya di Teluk Persia.
Setelah Reagan mengambil alih jabatan presiden, ia juga melancarkan
Doktrin Reagan yang mendukung pemberontakan anti-komunis di Afghanistan,
Angola, dan Nikaragua. Para pemberontak ini bahkan diberi istilah halus
”pejuang kemerdekaan” (freedom fighters). Bahkan AS juga berbicara tentang
kemampuan nuklirnya, termasuk ancaman serangan pertama. Tapi walaupun di
periode ini terjadi ketegangan yang memuncak antara AS dan Uni Soviet, ternyata
masih bisa terjadi perjanjian SALT II (Strategic Arms Limitation Treaty II)
pada pertengahan 1979 di Vienna.
Pada saat itu Carter dan Brezhnev setuju untuk membatasi kepemilikan
peluncur senjata nuklir maksimal 2400 unit, dan maksimal 1320 unit Multiple
Independently Targeted Reentry Vehicle (MIRV) . Dan juga Perjanjian Pengurangan
Senjata-senjata Strategis (Strategic Arms Reduction Treaty/START) pada tahun
1982 yang berisi kesepakatan untuk memusnahkan senjata nuklir yang berdaya
jarak menengah. Walaupun sudah banyak dilakukan perjanjian-perjanjian
pembatasan dan/atau pengurangan senjata nuklir, namun berdasarkan data pada
tahun 1983 ternyata Uni Soviet memiliki keunggulan yang cukup besar
dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Periode 1985-1991
Pada Maret 1985, Mikhail Gorbachev mulai memimpin Uni Soviet. Perubahan
secara besar-besaran mulai tampak pada masa ini. Gorbachev berbeda dengan
penguasa-penguasa Uni Soviet sebelumnya, pada tahun 1987 ia berkunjung ke AS
untuk mendekatkan keduanya ke dalam sebuah forum dialog. Bahkan pada tahun
1988, Persetujuan Genewa dicapai dan pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni
Soviet telah mundur dari Afghanistan.
Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak menghanyutkan
diri dan mengambil sikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991.
Bahkan bantuan untuk Kuba yang telah diberikan selama 30 tahun pun dihentikan
pada tahun 1991 oleh Gorbachev. Namun kebebasan dan keterbukaan yang
dicanangkan oleh Gorbachev menimbulkan reaksi keras dari tokoh-tokoh komunis
dalam negeri. Puncaknya terjadi pada Kudeta 19 Agustus 1991 yang didalangi oleh
Marsekal Dimitri Yazow (Menteri Pertahanan), Jenderal Vladamir Kruchkov (Kepala
KGB), dan Boris Pugo (Menteri Dalam Negeri).
Namun ternyata kudeta itu gagal karena mendapat perlawanan dan penolakan
dari rakyat Uni Soviet dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Unit Militer Uni
Soviet. Sebagai akibat dari kudeta itu; Latvia, Lithuania, Estonia, Georgia,
Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia sendiri
berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991.
Akhirnya, Gorbachev mengakui bahwa sistem komunis telah gagal di Uni Soviet.
Pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itupun
runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam
persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni
Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.
B.
Berakhirnya Perang Dingin
Perang
Dingin telah berlangsung selama 45 tahun lebih yang melibatkan USA dan
sekutunya Blok Barat melawan USSR dan sekutunya Blok Timur, sehingga kedua
negara Adikuasa berlomba-lomba untuk mempengaruhi dunia dan menjadi Peminpin
Dunia dengan menyiapkan persenjataan yang mutakhir, hal ini tentu sangat
menimbulkan kemungkinan meletusnya Perang Dunia III yang sangat dahsyat dan
akan menghancurkan dunia ini.
Perang Dingin antara Blok Barat dan
Blok Timur yang semakin memanas menyebabkan kesadaran antara USA dan USSR untuk
mengurangi ketegangan dengan mengadakan Perundingan. Perundingan tersebut
antara lain:
- Perjanjian non Proliferasi Nuklir (Non-Proliferation Teaty) tahun 1968 antara USA, USSR, dan Inggris. Hasil dari perjanjian ini adalah kesepakatan untuk tidak menjual senjata nukliratau memberikan informasi tentang persenjataan nuklir kepada negara-negara yang tidak mengembangkan senjata nuklir.
- SALT (Strategic Arm Limitation Talks): Perundingan Pembatasan Persenjataan Strategis. SALT I berlansung di Helsinki, Finlandia (17 November 1969) Hasilnya ditandatangani oleh Presiden Richard Nixon (USA) dan Leonid Brezhnev (USSR). SALT II dilangsungkan di Jenewa, Swiss (November 1972) Hasilnya ditandatangani oleh Presiden Jimmy Carter (USA) dan Pemimpin USSR, Leonid Brezhnev pada tanggal 18 Juni 1979 di Wina, Austria. START (Strategic Arms Reduction Treaty), Perjanjian pengurangan senjata-senjata strategis antara USA dan USSR. Hasil perjanjian ini adalah: Pemusnahan nuklir dengan daya luncur berjarak menengah. Perundingan kesepakatan pengurangan senjata nuklir juga berkembang ke negara atau wilayah lain. Di Bangkok pada bulan Desember 1995 ditandatangani Southeast Asia Nuclear Weapons Free Zone oleh beberapa negara Asia Tenggara. Kesepakatan tentang wilayah yang bebas dari nuklir. Penandatanganan lain juga terjadi di Eropa dan Afrika sebagai bentuk realisasi dari penghentian Perang Dingin di dunia.
- Sampai Tahun 1980 Uni Soviet membelanjakan 11% GNP-nya untuk kepentingan militer yang banyak diambil dari keuntungan ekspor minyak. Tapi setelah tahun 1980 Uni Soviet tak mampu lagi membiayai Perang Dingin dari ekpor minyak, sehingga mulai mengurangi kekuatan senjata mereka di Eropa Timur. Tahun 1989 Uni Soviet menarik tentaranya dari Afghanistan. Akhirnya rezim komunis mulai runtuh di Eropa Timur.
- Tahun 1991 Uni Suviet bubar, Rusia dan negara-negara bagian Uni Soviet yang lain menjadi negara yang merdeka. Runtuhnya Uni Soviet (USSR) di Eropa Timur inilah mengakhiri Perang Dingin yang berlangsung selama kurang lebih empat puluh lima tahun (45 tahun).
Penjelasan
terkait Runtuhnya Uni Soviet (USSR)
Revolusi Bolshevik pimpinan Lenin melahirkan negara Uni
Soviet dan menjadikan Komunisme sebagai ideologi satu-satunya. Tahun 1920 Lenin
mengumandangkan Komintern Pact ( Pacta Komunisme Internasional) sehingga komunis
tidak hanya di Uni Soviet saja, tetapi juga berkembang di seluruh dunia.
- Program Pembaharuan Gorbachev
Tanggal
11 Maret 1985 Mikhail Gorbachev terpilih menjadi Sekretaris Jendrak Komunis dan Presiden Uni Soviet, kemudian ia
harus menghadapi kemacetan ekonomi warisan pendahulunya. Maka ia mencoba
melakukan pembaharuan di bidang politk dan ekonomi melalui :
·
Glasnost : Keterbukaan
·
Perestroika: Restrukturisasi
·
Democratizatsia: Demokratisasi
Melalui Glasnost dan perestroika, Gorbachev mempunya maksud
menanmpilkan Komunisme Uni Soviet dalam bentu baru, tetapi program ini
mendapatkan masalah yang serius di dalam negerinya.
Tanggal 19 Agustus 1991 terjadi percobaan Kudeta dengan
dalih Gorbachev kurang sehat oleh oleh Wakil Presiden Genadi Yenayev yang
didampingi oleh kelompok komunis garis keras:
- Menteri Pertahanan: Marsekal Dimitri Yazov
- Kepala KGB: Jendral Vladimir Kruckhov
- Menteri Dalam Negeri: Boris Pugo
- Tindakan pengambilalihan kekuasaan ini mendapat tentangan keras dari rakyat di bawah pimpinan Presiden Republik Rusia : Boris Yeltsin. Kudeta ini akhirnya berhasil digagalkan.
- Pembubaran Uni Soviet
Setelah menjadi Presiden kembali, Gorbachev melepaskan
jabatannya sebagai Sekretaris Jendral Partai Komunis dan memerintahkan
pembekuan segala aktivitas Partai Komunis dan penyitaan semua kekayaan partai.
Sementara negara bagian, kecuali Rusia dan Kazhaksthan, mengumumkan
kemerdekaannya.
Tanggal 5 September 1991 diadakan Konggres wakil Rakyat
untuk membicarakan pembubaran pemerintahan pusat warisan Lenin. 5 negara bagian
tidak ambil bagian dalam sidang tersebut, yaitu: Lithuania, Estonia, Latvia,
Georgia, dan Moldova. Sementara Lithuania, Estonia, dan Latvia telah
mendapatkan kemerdekaannya dari Uni Soviet tanggal 6 September 1991. Georgia
dan Moldova menolak mengikuti perundingan karena sedang memperjuangkan
pemerintahan sementara di wilayah masing-masing.
Konggres tersebut sepakat membentuk Uni negara yang
berdaulat, namun kesepakatan tidak berlaku karena keutuhan Uni Soviet tidak
bisa dipertahankan lagi.
Desember 1991, Gobachev semakin tidak mampu mengatasi
perpecahan Uni Soviet. Akhirnya pada tanggal 18 Desember 1991, Mikhail
Gorbachev dan Boris Yeltsin sepakat membubarkan Uni Soviet dan membentuk
persemakmuran negara-negara merdeka bernama CIS (Commonwealth of Independent
States).
Kronologi runtuhnya Uni Soviet
atau USSR :
1) 1986 Kebijakan baru Glasnost,
Perestroika, dan Democratizatsia USSR memuka diri bagi kemajuan ekonomi dan
politik
2) 25 Mei 1989 Gorbachev menjadi
Presiden USSR dan terpilih sebagai ketua tertinggi.
3) 5-7 Februari 1990 Pengesahan program
Multi Partai komisi Sentral mendukung dilaksanakannya multi partai di USSR
4) 23 Februari 1990 Estonia menghapus
peran Partai Komunis. Dewan Soviet Esatonia menghapus kewenangan tunggal Partai
Komunis dalam politik di Estonia
5) 11 Maret 1990 Lithuania merdeka.
Pemimpin tertinggi Lithuania menyatakan kemerdekaan.
6) 13 Maret 1990 Monopoli Komunis
dihapus. Konggres perwakilan rakyat memutuskan untuk menghapus monopoli partai
komunis.
7) 12-13 Juni 1990 Rusia, Moldova,
Usbekistan memproklamirkan kemerdekaan. Tiga anggota resmi mundur dan menjadi
negara yang independent.
8) 1 Oktober 1990 Hak beragama dijamin.
Pemerintah USSR menjamin kebebasan beragama bagi asyarakatnya secara bebas dan
aman
9) 21 Desember 1991 Beberapa negara uni
merdeka dari USSR Uzbekistan, Moldova, Kazakhstan, Tajikistan, Armenia,
Kirzigistan, dan Turmenistan mengadakan pertemuan di Kazakhtan untuk mendirikan
CIS.
10) 25 Desember 1992 Mikhail . Gorbachev
mundur. Mundurnya Gorbachev dari jabatan Presiden menandakan keruntuhan USSR
C. USA (AMERIKA SERIKAT) Sebagai polisi
dunia dan penguasa tunggal
Setelah Pasca perang dingin maka Amerika serikat keluar
sebagai penguasa atau negara adidaya
tunggal yang merajai dunia.Kini Amerika serikat menjadi negara super power di panggung internasional.
Amerika telah menyebarkan pengaruhnya ke seantero penjuru dunia baik militer,
politik maupun kebudayaannya.
- Militer Amerika Serikat
Amerika adalah kekuatan Ekonomi terbesar didunia,setelah
runtuhnya Uni Soviet, Amerika berdiri sendiri sebagai negara Adidaya di dunia
ini tanpa saingan, Amerika memiliki angkatan Laut dan Udara terkuat dunia (secara jumlah), yaitu sebanyak 1,559
Angkatan Laut dan sebanyak 18,169 Mesin perang angkatan udara. Amerika memiliki
1,3 Juta Personil aktif dalam militer, Amerika juga negara pemroduksi senjata
terbesar di dunia.
- Sebagai Polisi Dunia.
Ketika perang dingin berlangsung selama 45 tahun maka disitu
masih ada dua negara adidaya yang saling berimbang kekuatannya. Akan tetapi
sekarang setelah Uni Soviet runtuh maka Amerika Serikatlah yang muncul sebagai
kekuatan tunggal untuk merajai dunia. PBB yang mana kala merupakan alat
legitimasi nya turut mendukung segala kebijakan pemerintah Amerika Serikat.
Amerika Serikat Akan senatiasa turut
campur dalam setiap masalah sengketa diantara negara-negra didunia. Dimana
ada masalah sengketa maka secara cepat atau lambat Amerika Serikat akan masuk
dan mencoba untuk menengahinya. Walaupun pada garis besarnya Amerika Sertikat
sendiri juga mempunyai maksud dibalik itu
semua. Dengan kekuatan yang dimilikinya itulah yang digunakan oleh amerika
Serikat untuk terus mencoba mengamankan situasi keamanan negara-negara didunia.
Sebab jika kita lihat dari sejarah masa lalu, maka tentunya tak heran apabila
dari tinggalan-tinggaln kisah masa lampau tersebut memunculkan bibit-bibit
perbencian dan bahkan akan senantuasa balas dendam.
Amerika serikat beraksi di Kosovo, Haiti, Somalia dan
Liberia, dan Perang Teluk Pertama terhadap Irak yang menginvasi Kuwait. Selepas
serangan teroris pada 11 September 2001 di World Trade Center dan Pentagon, AS
melancarkan serangan balasan terhadap Afganistan dan menjatuhkan negara Taliban
di sana dan pada tahun 2003 melancarkan Perang Teluk Kedua terhadap Irak untuk
menyingkirkan rezim Saddam Hussein. Disitulah peran Amerika Serikat sebagai
polosi dunia. Walaupun jika dilihat dari berbagai sudut pandang masyarakat luas
tidaklah sama, bahkan berpendapat bahwa amerika justru menjadikan masalah atau
persengketaan tambah runyam dan besar.
- Tindakan
Secara garis besar maka tindakan
Amerika Serikat sebagai polisi dunia
bisa disimpulkan sebagai berikut :
1) Semakin menguatkan kekuatan
militernya baik didalam negerinya sendiri maupun pasukan yang ditempatkan
disetiap wilayah. Amerika Serikat akan memperkuat pasukan dalam negerinya dan
merambah keluar, dimana pasukan-pasukan yang dikirim kenegara-negara sengketa
merupakan angkatan yang sangat kuat dan penuh dengan segala amunisi.
2) Berupaya untuk selau paling unggul
dan menguatkan pengakuan di dunia internasional bahwa Amerika serikat merupakan
negara adidaya tunggal dan tidak ada
tandingannya.
3) Akan selalu turut campur dalam setiap sengketa dipelosok dunia ini, apabila
sengketa tersebut akan mengganggu eksisrensinya di kancah
internasional.Misalnya : Perang Irak-Iran, Perang Israel-Palestina, Revolusi
Libya, Revolusi Tunisia, Revolusi Mesir, Pergolakan Libanon, dan masih ada
beberapa kasus lainnya didunia. Amerika Serikat bersama PBB selalu masuk
sebagai penengahnya dan berupaya menyelesaikan sengketa.Amerika Serikat masuk
hampir disemua Benua, baik Asia, Eropa, Amerika, Afrika. Hanya saja disini
secara jumlah kebanyakan banyak persengketaan di Timur-Tengah yang sejak dari
dulu tak pernah padam sepeti Israel-Palestina ini.
4) Amerika Serikat masuk dan memberi
tawaran Solusi Penyelesaian terhadap negara yang bersengketa dan barulah akan
mengambil tindakan apabila jalur diplomasi sudah tak dapat lagi ditempuh.
Amerika tidak akan segan untuk mengirimkan militernya dan menumpas negara yang
dianggapnya sudah tidak lagi bisa ditoleran.
5) Segala pemberontakan ataupun
intervensi-intervensi yang kiranya membahayakan pengaruhnya maka akan segera
ditumapas oleh Amerika serikat. Kebijaksanaan ini diambil karena pada
akhir-akhir ini banyak teroris yang dari golongan umat islam mencoba untuk
meneror Amerika Serikat sebagai bentuk penolakan terhadap budaya Amerika
Serikat.
6) Sebenarnya secara komprehensip atau
menyeluruh maka Amerika Serikat tidak hanya mengandalkan dari segi militer
saja, akan tetapi juga perekonomiannya yang sangat maju dan merajai pasaran duni
juga politik yang didukung dibelakangnya yaitu PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa) juga NATO.
7)
“Sambil menyelam minum air”. Ungkapan itu sangat cocok untuk
Amerika Serikat, karena dalam hal apapun baik regional maupun internasional
maka ia akan selalu mengambil keuntungan dan selalu menjaga bagaimana
eksistensinya sebagai negara super power ini bisa melekat dan citra sebagai
negara pelindung atau negara pengayom negara-negara lain.
1 komentar:
ulasan menarik
Posting Komentar