Sastra Batak
Selasa, 06 Mei 2014
0
komentar
Kata Pengantar
Assalamualaikum
Wr. Wb
Puji syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang
diberikan oleh-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sastra
Jerman.
Makalah berisi
penjelasan sastra Jerman dan perkembangannya dari masa ke masa serta beberapa
hasil karya sastra Batak.
Penghargaan dan
ucapan terima kasih yang tulus saya haturkan kepada Guru Pembimbing yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
menyelesaikan makalah ini serta kepada teman-teman yang membantu dan memberi
kontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.Mohon maaf apabila dalam
karya ilmiah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki.
Makassar, 13 Januari
2014
Daftar Isi :
Kata
Pengantar .......................................................................................... 2
Daftar
Isi.................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………… 4
1.1.Pengertian
Sastra Batak……………………………………………... 4
BAB
II PEMBAHASAN…………………………………………………… 5
A.Batak Toba Sekilas Pandang……………………………………………….. 5
B.Seni Sastra
Masyarakat Batak Toba…....…………………………………. 6
C. Perbandingan Antara Sastra Toba dan Sastra
.........................................…. 13
Kelebihan……………………………………………………. 13
Kekurangan………………………………………………….. 13
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengertian Sastra Batak
“Marbisuk ma ho!”(Hendaklah kamu cerdik dan
bijaksana!).Inilah falsafah kuno orang Batak Toba yang tetap aktual dalam dan
bagi kehidupan masyarakat Toba hingga pada masa sekarang.Ungkapan ini sering
diumbar oleh orang-orang tua dari jaman ke jaman. Falsafat ini sungguh
mempengaruhi cara hidup, pola pikir, cara pandang dan tingkah laku (praktek
hidup) orang Batak Toba.
Sastra
Budaya Batak dapat kita gambarkan dalam ungkapan para tua-tua orang Batak
Toba: “Ansit do na halion (so dapotan) jambar juhut, alai hansitan dope na so
dapotan jambar hata”, Artinya sangat menyakitkan jika seseorang tidak mendapat
bagian dalam pembagian daging, tetapi lebih sakit lagi jika seseorang tidak
mendapat kesempatan untuk berbicara dalam pesta adat. Ungkapan ini hendak
menunjukkan betapa penting dan tingginya nilai berbicara dalam budaya Batak
Toba.Ungkapan-ungkapan orang bijak di kalangan Batak Toba memiliki ciri
tersendiri.Hal itu tercermin dalam semua tulisan dan sastra yang dimiliki oleh
suku Batak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Batak Toba Sekilas Pandang
Masyarakat Batak Toba pada umumnya hidup tersebar
atau tinggal di sekitar daerah Sumatera Utara, khususnya di daerah pulau
Samosir dan daerah Tapanuli.
Namun demikian orang Batak telah tersebar ke
berbagai penjuru dunia ini.Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar.
Nenek moyang suku bangsa Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau
menurut mitos orang Batak yang beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang
Orang Batak berasal dari titisan dewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai
manusia pertama dikirim oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulau
Samosir.Suku ini memiliki beberapa persamaan dengan salah satu suku di daerah
Fhilipina.Karena itu diperkirakan bahwa sebenarnya keturunan Batak Toba berasa
dari daerah Asia bagian Hindia Belakang.
Banyak
teori dan pendapat yang berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba.
Sebagian
berpendapat bahwa suku Batak mencakup lima suku: Batak Toba, Batak Simalungun,
Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak. Tetapi pendapat ini sangatlah
lemah karena bukti untuk itu tidak kuat.Sebagian orang berpendapat bahwa suku
ini berdiri sendiri.Memang ada kemiripan di antara kelima suku ini, misalnya
memiliki sedikit persamaan dalam bahasa, adat kebiasaan.Tetapi lebih banyak
perbedaan.Perbedaan ini menjadi dasar penentu bahwa suku Batak Toba berbeda
dari suku yang lainnya itu.Dalam tugas ini penulis menjelaskan sastra yang
dimiliki oleh suku Batak Toba, karena dari suku inilah penulis berasal.
B.
Seni Sastra Masyarakat Batak Toba.
Orang Batak Toba terkenal dengan keberaniannya untuk
berbicara di depan umum dan keberanian dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan
khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas si boru bakkara, molo nunga puas
ampema soada mara (artinya,seseorang harus mengungkapkan isi hati dan
perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya dan damai
serta selesailah masalkah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan).
Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat orang Batak.Berkaitan dengan itulah maka
orang Batak suka berbicara.Suka berbicara, berkaitan erat dengan bayak hal dalam
hidup orang Batak Toba.Suku ini memiliki banyak ungkapan-ungkapan berhikmat,
pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll.Banyak ungkapan bijaksana di
kalangan masyarakat Toba. Ungkapan bijak itu tidak kala penting dan nilainya
bagi kehidupan mausia bila dibandingkan dengan ungkapan bijak dari sastra suku
bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman dan
pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Makna
yang terkandung dalam sastra Batak Toba berkaitan erat dengan kehidupan yang
dialami setiap hari, misalnya: falsafah pengetahuan (Batak:Habisuhon),
kesusilaan (Batak: Hahormaton), tata aturan hidup (Batak: Adat dohotuhum) dan
kemasyarakatan (Batak: Parngoluon siganup ari). Bila diteliti secara seksama,
sastra kebijaksanaan suku Batak Toba (yang disebut umpama), terdiri dari empat
bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut:
- Filsafah (Batak:
umpama na marisi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau
kebijaksanaan).
- Etika kesopanan
(Batak : umpama hahormaton).
- Undang-undang
(Batak: umpama na mardomu tu adat dohot uhum).
- Kemasyarakatan
(Batak: umpama na mardomu tu parsaoran si ganup ari, ima na dipangke di
tingki pesta, partamueon, dll.).
Arti
dan makna umpama (pepatah) dalam suku Batak Toba sangat luas dan mendalam.Berdasarkan
bentuknya ungkapan itu dapat di bagi ke dalam empat bagian besar.
Pembagian
itu ialah:
- Pantun (Batak:
umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang
banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.
- Kiasan/persamaan
(Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan
(alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang sawah yang
licin.
- Nyanyian (Batak:
endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang
yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
- Pepatah (Batak:
Umpama) adalah:
- kebijaksanaan/kecerdikan,
- pepatah
etika kesopanan,
- pepatah
adat (peraturan :tata cara),
- pepatah
hukum.
Sastra
kebijaksanaan Batak Toba :
1.
Berkaitan dengan Penderitaan Manusia:
Ø Nunga
bosur soala ni mangan
Ø Mahap
soala ni minum
Ø Bosur
ala ni sitaonon
Ø Mahap
ala ni sidangolon
Arti
harafiah dan leksikal:
Sudah
kenyang bukan karena makan
Puas
bukan karena minum
Kenyang
karena penderitaan
Puas
karena kesedihan/dukacita
Sedangkan
arti dan makna terdalam:
Syair
pantun ini mengungkapkan keluhan manusia atas penderitaan yang berkepanjangan
yang menyebabkan keputusasaan.Penderitaan sering dianggap sebagai takdir.Takdir
ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Allah orang Batak Toba) harus
diterima dengan pasrah saja.Ada orang yang menyerah saja pada penderitaan dan
menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang takdir dilihat sebagai sarana
pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi segala cobaan hidup, menyingkirkan
sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa patuh kepada orang
tua,
raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata Mulajadi Na Bolon.
Jenis
pantun ini ialah “pantun andung”
(pantun tangisan) pada penderitaan.Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami
penderitaan (kesedihan dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua,
sahabat dan famili.
2.
Berkaitan dengan Nasihat dan Larangan Melakukan Perzinahan:
ü Silaklak
ni dandorung
ü Tu
dangka ni sila-sila
ü Ndang
iba jumonokjonok
ü Tu
na so oroan niba
Arti
harafiah dan leksikal:
v Kulit
kayu dandorung
v Ke
dahan kayu silasila
v Dilarang
mendekati perempuan/wanita
v Jika
tidak istri sendiri
Arti
terdalam:
Dua
baris terakhir dari syair pantun di atas menasehatkan kepada
semua
pria agar tidak mendekati seorang perempuan/wanita yang tidak istrinya.
Nasehat
ini merupakan usaha untuk menghindari tindakan perzinahan dan sekaligus
merupakan
larangan untuk tidak melakukan perzinahan. Seorang laki-laki yang
mendekati
perempuan yang bukan istrinya dan melakukan hubungan seksual disebut
berzinah.
Orang yang melakukan perzinahan dihukum dan terkutuk hidupnya.
Jenis
Sastra:
Pepatah
nasehat ini digolongkan ke dalam pantun nasehat atau
pepatah
nasehat (Batak: umpama etika hahormaton, adat dohot uhum). Pepatah ini
digunakan
pada kesempatan pesta adat, pesta perkawinan, dan pada hari-hari biasa
serta
pada kesempatan yang biasa juga. Juga sering diungkapkan pada waktu
diadakan
musyawarah kampung karena adanya tindakan pelanggaran perkawinan.
Biasanya
orang yang berzinah dihukum secara adat.
3.
Berkaitan dengan Etika Kesopanan (sopan santun):
”
Pantun hangoluan, tois hamatean!”
Arti
harafiah dan leksikal:
Sikap
hormat dan ramah mendatangkan kehidupan dankebaikan; sikap ceroboh atau sombong
(tidak tahu adat) membawa kematian/malapetaka.
Arti
terdalam:
sopan
santun, sikap hormat dan ramah tamah akan membuahkan hidup yang mulia dan
bahagia (baik), sedangkan sikap ceroboh dan sombong (angkuh) akan menyebabkan
kematian, penderitaan, malapetaka dalam hidup seseorang. Pada umumnya orang
yang sopan memiliki banyak teman yang setia, ke mana dia pergi selalu mendapat
perlindungan dan sambutan dari orang yang dijumpainya.Sedangkan orang yang
ceroboh dan sombong sulit mendapat teman bahkan sering mendapat lawan dan
musuhnya banyak.Yang seharusnya kawan pun menjadi lawan bagi orang yang seperti
ini.
Jenisnya
dan digunakan pada kesempatan:
Sastra
ini tergolong dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat. Pepatah etika sopan
santun.Biasanya digunakan pada kesempatan memberangkatkan anak, famili atau
sahabat yang hendak pergi ke perantauan.Dan pepatah ini digunakan sebagai
nasehat orang-orang tua kepada anakanaknya.
4.
Berkaitan dengan “Janji atau nazar” yang harus ditepati:
Ø Pat
ni satua
Ø Tu
pat ni lote
Ø Mago
ma panguba
Ø Mamora
na niose
Arti
harafiah dan leksikal:
v Kaki
tikus
v Ke
kaki burung puyuh
v Lenyap/hilanglah
si pengingkar janji
v Dan
kayalah yang diingkari
Arti
terdalam:
seorang
yang mengingkari janji, apalagi sering-sering mengingkari
akan
hilang lenyap (mati) karena tindakannya dan orang yang diingkari akan menjadi
kaya.
Orang yang mengingkari janji dikutuk dan ditolak oleh masyarakat umum,
sedangkan
orang yag diingkari mendapat penghiburan dan pengharapan yang baik dari
sang
pemberi rahmat. Dia akan menjadi kaya dalam hidupnya. Padan adalah janji atau
perjanjian,
ikrar yang disepakati oleh orang yang berjanji. Akibat dari pelanggaran
padan
lebih daripada hukum badan, karena ganjaran atas pelanggaran padan (janji)
tidak
hanya ditanggung oleh sipelanggar janji (padan), tetapi juga sampai pada
generasi-keturunan
berikutnya. Ada unsur kepercayaan kutukan di dalamnya. Padan
bersifat
pribadi dan rahasia, diucapkan tanpa saksi atau dengan saksi. Jika padan
diucapkan
pada waktu malam maka saksinya ialah bulan maka disebut padan
marbulan.
Dan jika diucapkan pada siang hari saksinya ialah hari dan matahari disebut
padan
marwari. Nilai menepati janji cukup kuat pada orang Toba. Ini mungkin ada
kaitannya
dengan budaya padan yang menyatakan perbuatan ingkar janji merupakan
yang
terkutuk.
Jenis
pantun dan digunakan pada kesempatan:
pantun
ini tergolong ke dalam pepatah (Batak: umpama) nasehat kepada orang yang
berjanji (Batak: marpadan).
Pepatah
ini digunakan pada kesempatan ketika menasehati orang yang sering menginkari
janji.Pada upacara adat terjadi pembicaraan dan berkaitan dengan pengadaan
perjanjian.Nasehat ini diberikan dan disampaikan oleh orang tua dari kalangan
keluarga.Ini merupakan unsur sosialisasi untuk mendidik orang Toba menjadi
orang yang konsekuen dalam bertindak.
5.
Berkaitan dengan Kehidupan Sosial Masyarakat:
v Ansimun
sada holbung
v Pege
sangkarimpang
v Manimbuk
rap tu toru
v Mangangkat
rap tu ginjang
Arti
harafiah dan leksikal:
ü Mentimun
satu kumpulan
ü Jahe
satu rumpun batang
ü Serentak
melompat ke bawah
ü Serentak
melompat ke atas
Arti
terdalam:
Umpama
ini digunakan untuk kerabat sedarah dan dari satu keluarga (Batak: dongan
sabutuha). Pepatah ini mengisyaratkan kebersamaan untuk menanggung duka dan
derita, suka dan kegembiraan. Sejajar dengan ungkapan:”ringan sama dijingjing,
berat sama dipikul”. Dari ungkapan ini terbersit arti mendalam dari kekerabatan
yang dianut oleh orang Batak Toba.Kekerabatan mencakup hubungan primordial suku,
kasih sayang dipupuk atas dasar hubungan darah.Kerukunan diusahakan atas dasar
unsur-unsur Dalihan Na Tolu. Hubungan antar
manusia
dalam kehidupan orang BatakToba diatur dalam sistem kekerabatan Dalihan Na
Tolu. Hubungan ini telah disosialisasikan kepada generasi dari generasi ke
generasi berikutnya.Hubungan ini telah ditanamkan kepada anak sejak dia mulai
mengenal lingkungannya yang paling dekat, misalnya dengan orang tua, sanak
saudara dan kepada famili dekat.Pengertian marga dijelaskan dengan baik sesuai
dengan kode etik Dalihan Na Tolu. Tata cara kehidupan, cara bicara,
adat-istiadat diatur sesuai dengan kekerabatan atas dasar Dalihan Na Tolu itu.
Jenis
sastra:
tergolong
dalam kelompok pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta
pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai
nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan
C. PERBANDINGAN
ANTARA SASTRA BATAK TOBA DAN SASTRA
KEBIJAKSAAN
ISRAEL
A.
Kekhasan masing-masing satra:
1.
Sastra Batak Toba:
A. Sastra
Batak Toba lahir dari budaya Batak yang tumbuh berkat relasinya dengan alam,
dunia sekitar dan orang-orang dari suku bangsa lain.
B. Pepatah
atau ungkapan bijak dalam suku ini tidak diperoleh dari hasil pendidikan
formal, tetapi dari pendidikan suatu perkumpulan, misalnya perguruan silat atau
perkumpulan marga dan adat.
C. Sastra ini pada umumnya diwariskan secara
lisan.
D. Pengarang satra ini tidak diketahui. Waktu
penulisan dan tempat mengarang juga tidak dapat dipastikan.
E. Pepatah dan pantun dapat diubah-ubah sesuai
dengan situasi yang ada. Tetapi harus selalu diperhatikan dan dipertahankan isi
dan makna yang sebenarnya.
F. Sastra ini memiliki arti kiasan atau
perumpamaan dan arti langsung (harafiah).
G. Pola
sajak yang digunakan umumnya bervariasi, ada ab-ab dan ada yang bebas.
H. Ada pepatah atau sajak yang bernilai rohani,
yang sangat dalam maknanya.
I. Pepatah umumnya dikuasai oleh sebagian orang
saja yang bertugas sebagai pembicara dalam adat. Orang yang bisa berbicara
dengan baik dan mengetahui banyak pepatah maka dia dapat dihunjuk sebagai
pembicara dalam adat. Tetapi umumnya sastra ini dapat digunakan oleh siapa
saja.
Kelebihan
dan kekurangan:
1.3. Kelebihan: pepatah
bersifat sederhana, mudah dimengerti dan diingat oleh orang, tidak membosankan,
memiliki arti harafiah dan arti terdalam yang juga memiliki kaitan dengan arti
harafiah itu. Umumnya pepatah atau sastra Batak sibuk dengan masa depan.
1.4.Kekurangan: tidak
semua tertulis karena itu bisa hilang dan dilupakan oleh generasi selanjutnya.
Sastra ini memiliki bahasa kuno yang terkadang sulit dimengerti orang jpada
aman sekarang
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar