Sastra Banjar
Selasa, 06 Mei 2014
1
komentar
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya denganlimpahan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sastra Banjar”
Dengan
terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari
makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagaimana
tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini
Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah
ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi
tersempurnanya makalah ini.
Makalah ini dibuat
dalam rangka memperdalam pemahaman tentang pengertian transplantasi jaringan
yang sangat diperlukan untuk mendapatkan wawasan dalam melanjutkan proses
pembelajaran yang lebih efektif.
Demikian makalah ini kami susun
semoga bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 13 Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................................................... . 2
BAB I PENDAHULUAN
..................................................................………... 3
1.1
Latar Belakang….................................................................................... .. 3
1.2 Rumusan Masalah
................................................................................ . 4
1.3 Tujuan
................................................................................................... 4
BAB II ISI
........................................................................................................ 5
2.1 Definisi dari
Sastra Banjar……………………………………........... 5
2.2 Perbedaan
antara Khazanah Sastra Banjar Genre Lama dan
Baru..................................................................................................... 9
2.3 Pembagian
Sastra Banjar…………………………………………..... 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan
........................................................................................... 14
3.2 Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra Banjar adalah semua jenis karya sastra yang dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana
saja.Sastrawan Banjar adalah siapa saja yang mampu melisankan atau menuliskan
salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar kapan saja (pada masa lalu, masa
kini, atau pada masa yang akan datang), dan di mana saja (tidak mesti di
Kalsel).
Dari sekian banyak definisi sastra Banjar dan sastrawan
Banjar yang telah dirumuskan orang selama ini, pemakalah memilih versi
sebagaimana yang dikutipkan di atas.Pemakalah berpendapat definisi itulah yang
paling tepat dipilih dalam kaitannya dengan kepentingan strategi kebudayaan.
Sastra Banjar meliputi semua jenis karya sastra, tidak
dibedakan antara yang bergenre lama dengan yang bergenre baru.Tidak dibedakan
antara yang lisan (sastra lisan) dengan yang tertulis (sastra tulis). Tidak
dibedakan berdasarkan latar belakang apa siapa sastrawannya (antara yang anonim
dengan yang nonanonim, atau antara yang bersuku Banjar dengan yang bukan
bersuku Banjar). Tidak dibedakan berdasarkan kurun waktu pelisanannya atau
penulisannya (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang).
Tidak dibedakan berdasarkan lokasi pelisanan atau penulisannya (di Kalsel atau
di luar Kalsel).Hanya satu syarat yang wajib dipenuhi, yakni berbahasa Banjar.Siapa
saja berhak diakui atau mengakui dirinya sebagai sastrawan Banjar jika yang
bersangkutan mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya sastra
berbahasa Banjar di mana saja, dan kapan saja
1.2 Rumusan Masalah
§ Apa definisi
dari sastra banjar?
§ Apa perbedaan
antara khazanah sastra banjar genre lama dan baru?
§ Bagaimana pembagian sastra banjar?
1.3 Tujuan
§ Mengetahui definisi dari sastra banjar
§ Mengetahuiperbedaan antara khazanah sastra banjar genre lama dan
baru
§ Mengetahui pembagian sastra
banjar
BAB II
ISI
2.1Definisi dari Sastra Banjar
Menurut Tajuddin Noor Ganie (2006:4)
para cerdik pandai di kalangan etnis Banjar di Tanah
Banjar (Kalimantan Selatan) masih saling adu argumentasi mengenai
definisi sastra Banjar yang paling pas. Dalam tulisannya di rubrik Opini SKH
Radar Banjarmasin Minggu (Pintu Masuk ke Rumah Sastra Banjar), Tajuddin Noor
Ganie mencatat setidak-tidaknya ada 5 definisi sastra Banjar yang layak
dipertimbangkan untuk dipikirkan dan akhirnya disepakati bersama oleh semua
pihak untuk ditetapkan sebagai definisi sastra Banjar yang diresmikan.
DEFINISI PERTAMA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di Tanah
Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh
sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau
pernah tinggal di Tanah Banjar.
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas Sastra
Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
- bercerita tentang
kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (fokus dan lokus
menyangkut aspek sosio kultural bersifat ekskulsif)
- dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya
bersifat eksklusif)
- sastrawan yang
melisankan atau menuliskannya bukan sastrawan anonim tapi sastrawan yang
diketahui asal-usulnya, yakni berasal dari kalangan etnis Banjar yang
lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (fokus dan lokus
menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat eksklusif)
Implikasi akibat adanya ciri ke 3
pada defiisi sastra Banjar di atas adalah tidak tertampungnya karya sastra
berbahasa Banjar yang bersifat anonim karena faktor etnisitas yang melekat pada
diri sastrawan anonim tidak dapat dipastikan dengan jelas. Akibatnya, semua
karya sastra berbahasa Banjar yang anonim seperti andi-andi,
bacaan (mantra Banjar), bapandung
(monolog Banjar), cerita rakyat (mitologi,
legenda,
hikayat, kisah, dongeng), japin carita
(teater), lamut
(prosa liris berbahasa Banjar), madihin (puisi Banjar), mamanda
(teater), pantun Banjar, syair
Banjar, dan surat tarasul
(surat cinta berbahasa Banjar) tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok sastra
Banjar.
DEFINISI DUA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar)yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis
Banjar di mana saja mereka berada di seluruh dunia (tidak mesti lahir, tinggal,
atau pernah tinggal di Tanah Banjar).
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra
Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
- bercerita tentang
peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan
lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi)
- dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya
bersifat eksklusif)
- sastrawan yang
melisankan atau menuliskannya tidak dibatasi pada sastrawan Banjar yang
lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Kalsel saja, semua sastrawan
keturunan Banjar di mana pun mereka berada termasuk dalam lingkup definisi
ini (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat
terbuka), pengecualian hanya dilakukan bagi sastrawan anonim
Implikasi akibat adanya
pengecualian terhadap sastrawan anonim pada ciri yang ke 3 di atas, maka semua
genre/jenis sastra Banjar yang tertolak pada definisi pertama juga masih
tertolak pada defiisi ke dua ini.
DEFINISI TIGA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar) yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang
berlatar belakang etnis Banjar),
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra
Banjar merujuk kepada 3ciri, yakni
- bercerita tentang
peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan
lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi
- dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya
bersifat eksklusif)
- sastrawan yang
melisankan atau menuliskannya boleh siapa saja, termasuk oleh sastrawan
anonim sekali pun (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas
sastrawannya bersifat terbuka, tidak ada pengecualian sama sekali).
Implikasi akibat tidak adanya
pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya
(anonim, tidak anonim, Banjar, dan bukan Banjar sama saja), maka semua
genre/jenis sastra Banjar yang tertolak dalam definisi satu dan dua di atas
dengan sendirinya ikut tertampung dalam definisi tiga ini.
DEFINISI EMPAT
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang apa saja (tidak mesti tentang peri
kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh di dunia) yang dilisankan
atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan
berlatar belakang etnis Banjar).
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra
Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni dilisankan atau dituliskan dalam
bahasa Banjar. Semua karya sastra yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa
Banjar, tanpa memandang apa pun yang diceritakan di dalamnya tetap diakui
sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak
dibatasi), dan siapun yang meuliskannya (anonim, tidak anonim, orang Banjar,
atau bukan orang Banjar) tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus
menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka).
Implikasi akibat tidak adanya
pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kultural dan faktor
etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka
bagi siapa saja yang mampu melisankan dan menuliskan karya sastra berbahasa
Banjar.
DEFINISI LIMA
Semua
jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana
pun juga di seluruh dunia yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa apa saja
(tidak mesti dalam bahasa Banjar)oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan
yang berlatar belakang etnis Banjar)
Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra
Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni bercerita tentang peri kehidupan
etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
Implikasi akibat tidak adanya
pembatasan dalam hal fokus lokus menyangkut aspek bahasa dan faktor etnisitas
sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka bagi
siapa saja (tidak mesti bersuku bangsa Banjar) yang mampu melisankan atau
menuliskan karya sastra dalam bahasa yang dikuasainya (tidak mesti dalam bahasa
Banjar) yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di
seluruh dunia.
2.2
Perbedaan antara Khazanah Sastra Banjar Genre
Lama dan Baru
a. Khazanah
Sastra Banjar Genre Lama
Etnis Banjar tidak memiliki sistem
aksara sendiri, mereka baru mengenal sistem aksara Arab sejak tahun 1526. Hanya
saja kemampuan baca tulis dalam huruf Arab ini tampaknya juga tidak
diberdayakan sebagaimana mestinya, terbukti tidak banyak ditemukan
peninggalan-peninggalan dalam bentuk informasi yang dituliskan dengan huruf
Arab pada batu, daun, kayu, logam, dan kertas. Hikayat Banjar boleh jadi
merupakan karya sastra berbahasa Banjar pertama yang dituliskan orang di
Kerajaan Banjar. Menurut JJ Ras (1968:181) Hikayat Banjar selesai ditulis pada
tahun 1728.
Langkanya peninggalan lama berupa karya sastra berbahasa Banjar yang dituliskan dalam bentuk buku-buku merupakan petunjuk bahwa para sastrawan Banjar pada zaman dahulu kala lebih senang menjalani profesinya secara oralitas (sastrawan lisan) bukan secara literalitas (sastrawan tulis).
Ada sejumlah jenis karya sastra yang dikenal dalam khasanah sastra Banjar genre lama, yakni andi-andi, bacaan (mantra Banjar), dongeng Banjar, dundam, hikayat Banjar, kisah Banjar, lamut, legenda Banjar, madihin, mitologi Banjar, pandung, pantun, paribasa, syair, dan surat tarasul (surat cinta berbentuk puisi).
Semua jenis karya sastra berbahasa Banjar dimaksud tidak ada yang dituliskan di atas batu, daun, kayu, logam, atau kertas, tetapi langsung dibacakan di depan forum dengan mengandalkan kemampuan mereka dalam menghapal dan mengolah rangkaian kosa-kata dengan sistem formulaik yang dikuasainya. Sistem pewarisannya dari generasi ke generasi juga dilakukan dengan cara dibacakan oleh guru untuk kemudian dihafalkan oleh muridnya.
Tradisi oralitas yang demikian itu membuat semua jenis karya sastra bergenre lama menjadi sangat rentan terhadap ancaman kepunahan. Kegiatan pelisanan dan penulisan andi-andi, bacaan, lamut, pandung, syair, dan surat tarasul pada kurun waktu 1980-2009 ini sudah relatif jarang dilakukan orang..Ada 3 jenis karya sastra Banjar bergenre lama yang masih agak sering dilisankan orang, yakni madihin, pantun, dan paribasa.
Kesenian madihin masih sering dipertunjukan orang dengan tokohnya yang paling populer Jon Tralala dan anaknya Hendra.Kegiatan bertukar pantun masih sering dilakukan sebagai bagian dalam tradisi maatar patalian (mengantar barang pinengset untuk calon mempelai wanita).Sejak tahun 2001, TVRI Banjarmasin menggelar mata acara Baturai Pantun.Acara yang disiarkan pada setiap hari Selasa ini di pandu oleh 3 host utama, yakni John Tralala (M Yusransyah), Eli Rahmi, dan Anang.Sementara itu, paribasa, masih sering dilisankan orang dalam percakapan-percakapan informal dan masih sering pula dituliskan orang sebagai selipan pemanis dalam tausiah para ulama, atau dalam pidato formal informal para penjabat dan tokoh masyarakat.
Langkanya peninggalan lama berupa karya sastra berbahasa Banjar yang dituliskan dalam bentuk buku-buku merupakan petunjuk bahwa para sastrawan Banjar pada zaman dahulu kala lebih senang menjalani profesinya secara oralitas (sastrawan lisan) bukan secara literalitas (sastrawan tulis).
Ada sejumlah jenis karya sastra yang dikenal dalam khasanah sastra Banjar genre lama, yakni andi-andi, bacaan (mantra Banjar), dongeng Banjar, dundam, hikayat Banjar, kisah Banjar, lamut, legenda Banjar, madihin, mitologi Banjar, pandung, pantun, paribasa, syair, dan surat tarasul (surat cinta berbentuk puisi).
Semua jenis karya sastra berbahasa Banjar dimaksud tidak ada yang dituliskan di atas batu, daun, kayu, logam, atau kertas, tetapi langsung dibacakan di depan forum dengan mengandalkan kemampuan mereka dalam menghapal dan mengolah rangkaian kosa-kata dengan sistem formulaik yang dikuasainya. Sistem pewarisannya dari generasi ke generasi juga dilakukan dengan cara dibacakan oleh guru untuk kemudian dihafalkan oleh muridnya.
Tradisi oralitas yang demikian itu membuat semua jenis karya sastra bergenre lama menjadi sangat rentan terhadap ancaman kepunahan. Kegiatan pelisanan dan penulisan andi-andi, bacaan, lamut, pandung, syair, dan surat tarasul pada kurun waktu 1980-2009 ini sudah relatif jarang dilakukan orang..Ada 3 jenis karya sastra Banjar bergenre lama yang masih agak sering dilisankan orang, yakni madihin, pantun, dan paribasa.
Kesenian madihin masih sering dipertunjukan orang dengan tokohnya yang paling populer Jon Tralala dan anaknya Hendra.Kegiatan bertukar pantun masih sering dilakukan sebagai bagian dalam tradisi maatar patalian (mengantar barang pinengset untuk calon mempelai wanita).Sejak tahun 2001, TVRI Banjarmasin menggelar mata acara Baturai Pantun.Acara yang disiarkan pada setiap hari Selasa ini di pandu oleh 3 host utama, yakni John Tralala (M Yusransyah), Eli Rahmi, dan Anang.Sementara itu, paribasa, masih sering dilisankan orang dalam percakapan-percakapan informal dan masih sering pula dituliskan orang sebagai selipan pemanis dalam tausiah para ulama, atau dalam pidato formal informal para penjabat dan tokoh masyarakat.
b. Khazanah Sastra Banjar Genre
Baru
Khasanah sastra Banjar genre baru
meliputi semua jenis karya sastra berbentuk puisi, prosa fiksi, dan drama yang
dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar kapan saja, di mana saja, dan
oleh siapa saja.Jika sastra Banjar genre lama pada umumnya dituliskan dalam
huruf Arab, maka sastra Banjar genre baru semuanya ditulis dalam huruf Latin.
Etnis Banjar mulai berkenalan dengan huruf Latin sejak tahun 1860, yakni sejak Kerajaan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Gubernur Jenderal Belanda di Batavia. Sejak itu pula nama teritorial bekas wilayah Kerajaan Banjar ini diganti menjadi Keresidenan Borneo Selatan. Pada tahun 1930-an, ditemukan fakta otentik huruf Latin sudah digunakan oleh para sastrawan yang tinggal di Borneo Selatan sebagai sarana untuk menuliskan puisi dan prosa fiksi berbahasa Melayu (Indonesia)
Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan sastrawan Banjar mulai mempergunakan huruf Latin sebagai sarana untuk menuliskan karya sastra berbahasa Banjar. Sementara belum ada tahun yang pasti, Ganie (2010) menetapkan tanggal 2 Agustus 1971 sebagai patokan awal dimulainya sejarah penulisan karya sastra genre baru berbahasa Banjar.
Dasar penetapannya menurut Ganie (2010) adalah fakta bahwa sejak tanggal 2 Agustus 1971, SKH Banjarmasin Post mulai memuat cerita humor serial lepas yang ditulis dalam bahasa Banjar dengan tokoh utamanya Si Palui.Sejak itu hingga sekarang ini, SKH Banjarmasin Post setiap hari memuat satu judul cerita Si Palui. Secara struktural cerita humor Si Palui memenuhi kriteria sebagai karya sastra genre baru yang ditulis dalam bahasa Banjar, yakni sebagai cerpen Banjar modern.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Banjar di Kalsel belumlah menggembirakan secara kuantitatif dan kualitatif jika dibandingkan dengan kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Indonesia.Jumlah sastrawan Kalsel yang terdaftar dalam Antologi Biografi Sastrawan Kalsel 1930-2009 (Ganie, 2010) ada sebanyak 543 orang.Namun, dari jumlah itu, hanya sekitar 50 orang saja yang pernah menulis karya sastra berbahasa Banjar.
Minimnya jumlah sastrawan Kalsel yang bergiat sebagai penulis karya sastra berbahasa Banjar menjadikan sastra Banjar sebagai entitas yang marginal di Kalsel.Nasib buruk sastra Banjar yang demikian itu tidak bisa tidak berkaitan erat dengan tekanan hegemonik sastra Indonesia yang begitu kuat di Kalsel.Fakta ini menunjukan adanya problema tertentu dalam upaya menegakkan eksistensi sastra Banjar di Kalsel yang notabene berstatus sebagai pusat kebudayaan Banjar di muka bumi ini.
Jamal T. Suryanata (dalam Jarkasi dan Hernawan, 2006:85) berpendapat setidak-tidaknya ada 4 persoalan yang dihadapi sastra Banjar, yakni : (1) pengarang, (2) pembaca, (3) media penerbitan, dan (4) kritik sastra
2.3 Pembagian
Sastra Banjar
Sastra Banjar
terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra
klasik biasanya disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern
disampaikan secara tertulis.
1. Sastra Kalsik
a. Prosa
Yang termasuk dalam
prosa adalah:
1. Mitos, yaitu
kisah yang berhubungan dengan keajaiban. Misalnya kisah Ning Kurungan, Balik
Kungkang, Pangantin Biawak.
2. Legenda, yaitu
kisah yang berhubungan dengan nama tempat. Misalnya Asal Mula Nama Kampung
Ulin, Asal Mula Kandangan, Gunung Batu Bini, Gunung Batu Laki.
3. Sage atau kisah
kepahlawanan. Misalnya kisah Panji Utama, Panji Kuripan.
4. Kisah hantu dan
raksasa. Misalnya kisah Ning Yaksa, Raksasa dan Anak Buangan
5. Kisah datu-datu.
Misalnya kisah Datu Kandangan dan Datu Kartamina, Datu Taruna, Datu Pujung.
6. Fabel, yaitu
kisah-kisah kehidupan binatang. Misalnya kisah Kura-Kura dan Kera, Pilanduk dan
Buaya.
7. Kisah humor.
Misalnya kisah Palui, Intingan.
8. Kisah benda
pusaka. Misalnya kisah Keris Sampana, Keris Naga Salira.
b. Prosa Liris
Yang termasuk dalam
prosa ini adalah Andi-andi Pipit dan Andi-andi Raja Daha.
c. Puisi
Yang termasuk dalam
puisi adalah:
1. Syair, misalnya
syair Brahma Sahdan, Ganda Kusuma.
2. Pantun, misalnya
Pantun Kilat, Pantun Berkait.
3. Mantra.
d. Bentuk khusus
Bentuk khusus
adalah bentuk sastra yang berupa campuran antara prosa dan puisi.Misalnya
madihin, lamut, wayang, dan, mamanda.
2. Sastra Modern
Yang termasuk dalam
sastra modern adalah:
a. Prosa, yaitu cerita pendek (cerpen dan novel)
b. Puisi
c. Drama
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sastra Banjar adalah sastra yang
diungkapkan dalam bahasa Banjar.Sastra Banjar ini dapat diungkapkan secara
lisan maupun tulisan.Sastra Banjar terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik
(lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya disampaikan dalam bentuk
lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara tertulis.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua pihak yang
terkait terutama lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian, Pariwisata, atau
lembaga pendidikan lainnya agar peduli kepada keberadaan Sastra Banjar yang
semakin langka.Semoga Sastra Daerah Banjar yang dimasukkan ke dalam mata
pelajaran muatan lokal di sekolah – sekolah menjadikan siswa minimal mengetahui
kekayaan khasanak senibudaya daerahnya dan begitu indahnya kesenian daerah yang
tak kalah dengan kesenian modern lainnya dalam zaman globalisasi ini.Semoga.
DAFTAR PUSTAKA