Sastra Banjar

Posted by Unknown Selasa, 06 Mei 2014 1 komentar
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya denganlimpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sastra Banjar”

Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi tersempurnanya makalah ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang pengertian transplantasi jaringan yang sangat diperlukan untuk mendapatkan wawasan dalam melanjutkan proses pembelajaran yang lebih efektif.


Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua.


Makassar, 13 Januari 2014
Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................       1
DAFTAR ISI ....................................................................................................         .           2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................………...       3
1.1 Latar Belakang…....................................................................................  ..         3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ .        4
1.3 Tujuan ...................................................................................................         4

BAB II ISI ........................................................................................................                    5
2.1 Definisi dari Sastra Banjar……………………………………...........           5
2.2 Perbedaan antara Khazanah Sastra Banjar Genre Lama dan
Baru.....................................................................................................                 9
2.3 Pembagian Sastra Banjar………………………………………….....           12

BAB III PENUTUP .........................................................................................                     14
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................         14
3.2 Saran .....................................................................................................         14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................       15








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sastra Banjar adalah semua jenis karya sastra yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.Sastrawan Banjar adalah siapa saja yang mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar kapan saja (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang), dan di mana saja (tidak mesti di Kalsel).

Dari sekian banyak definisi sastra Banjar dan sastrawan Banjar yang telah dirumuskan orang selama ini, pemakalah memilih versi sebagaimana yang dikutipkan di atas.Pemakalah berpendapat definisi itulah yang paling tepat dipilih dalam kaitannya dengan kepentingan strategi kebudayaan.

Sastra Banjar meliputi semua jenis karya sastra, tidak dibedakan antara yang bergenre lama dengan yang bergenre baru.Tidak dibedakan antara yang lisan (sastra lisan) dengan yang tertulis (sastra tulis). Tidak dibedakan berdasarkan latar belakang apa siapa sastrawannya (antara yang anonim dengan yang nonanonim, atau antara yang bersuku Banjar dengan yang bukan bersuku Banjar). Tidak dibedakan berdasarkan kurun waktu pelisanannya atau penulisannya (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang). Tidak dibedakan berdasarkan lokasi pelisanan atau penulisannya (di Kalsel atau di luar Kalsel).Hanya satu syarat yang wajib dipenuhi, yakni berbahasa Banjar.Siapa saja berhak diakui atau mengakui dirinya sebagai sastrawan Banjar jika yang bersangkutan mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar di mana saja, dan kapan saja






 1.2  Rumusan Masalah
             §  Apa definisi dari sastra banjar?
             §  Apa perbedaan antara khazanah sastra banjar genre lama dan baru?
§  Bagaimana pembagian sastra banjar?

1.3  Tujuan
§  Mengetahui definisi dari sastra banjar
§  Mengetahuiperbedaan antara khazanah sastra banjar genre lama dan baru
§  Mengetahui pembagian sastra banjar




















BAB II

ISI

2.1Definisi dari Sastra Banjar

Menurut Tajuddin Noor Ganie (2006:4) para cerdik pandai di kalangan etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalimantan Selatan) masih saling adu argumentasi mengenai definisi sastra Banjar yang paling pas. Dalam tulisannya di rubrik Opini SKH Radar Banjarmasin Minggu (Pintu Masuk ke Rumah Sastra Banjar), Tajuddin Noor Ganie mencatat setidak-tidaknya ada 5 definisi sastra Banjar yang layak dipertimbangkan untuk dipikirkan dan akhirnya disepakati bersama oleh semua pihak untuk ditetapkan sebagai definisi sastra Banjar yang diresmikan.

DEFINISI PERTAMA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar.

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas Sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
  1. bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kultural bersifat ekskulsif)
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya bukan sastrawan anonim tapi sastrawan yang diketahui asal-usulnya, yakni berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat eksklusif)
Implikasi akibat adanya ciri ke 3 pada defiisi sastra Banjar di atas adalah tidak tertampungnya karya sastra berbahasa Banjar yang bersifat anonim karena faktor etnisitas yang melekat pada diri sastrawan anonim tidak dapat dipastikan dengan jelas. Akibatnya, semua karya sastra berbahasa Banjar yang anonim seperti andi-andi, bacaan (mantra Banjar), bapandung (monolog Banjar), cerita rakyat (mitologi, legenda, hikayat, kisah, dongeng), japin carita (teater), lamut (prosa liris berbahasa Banjar), madihin (puisi Banjar), mamanda (teater), pantun Banjar, syair Banjar, dan surat tarasul (surat cinta berbahasa Banjar) tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok sastra Banjar.

DEFINISI DUA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar)yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar di mana saja mereka berada di seluruh dunia (tidak mesti lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar).

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
  1. bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi)
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya tidak dibatasi pada sastrawan Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Kalsel saja, semua sastrawan keturunan Banjar di mana pun mereka berada termasuk dalam lingkup definisi ini (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka), pengecualian hanya dilakukan bagi sastrawan anonim
Implikasi akibat adanya pengecualian terhadap sastrawan anonim pada ciri yang ke 3 di atas, maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak pada definisi pertama juga masih tertolak pada defiisi ke dua ini.

DEFINISI TIGA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang berlatar belakang etnis Banjar),

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3ciri, yakni
  1. bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya boleh siapa saja, termasuk oleh sastrawan anonim sekali pun (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka, tidak ada pengecualian sama sekali).
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya (anonim, tidak anonim, Banjar, dan bukan Banjar sama saja), maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak dalam definisi satu dan dua di atas dengan sendirinya ikut tertampung dalam definisi tiga ini.

DEFINISI EMPAT

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang apa saja (tidak mesti tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh di dunia) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan berlatar belakang etnis Banjar).

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Semua karya sastra yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar, tanpa memandang apa pun yang diceritakan di dalamnya tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi), dan siapun yang meuliskannya (anonim, tidak anonim, orang Banjar, atau bukan orang Banjar) tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka).
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kultural dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka bagi siapa saja yang mampu melisankan dan menuliskan karya sastra berbahasa Banjar.

DEFINISI LIMA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa apa saja (tidak mesti dalam bahasa Banjar)oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang berlatar belakang etnis Banjar)

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus lokus menyangkut aspek bahasa dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka bagi siapa saja (tidak mesti bersuku bangsa Banjar) yang mampu melisankan atau menuliskan karya sastra dalam bahasa yang dikuasainya (tidak mesti dalam bahasa Banjar) yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
2.2 Perbedaan antara Khazanah Sastra Banjar Genre Lama dan Baru
a. Khazanah Sastra Banjar Genre Lama
Etnis Banjar tidak memiliki sistem aksara sendiri, mereka baru mengenal sistem aksara Arab sejak tahun 1526. Hanya saja kemampuan baca tulis dalam huruf Arab ini tampaknya juga tidak diberdayakan sebagaimana mestinya, terbukti tidak banyak ditemukan peninggalan-peninggalan dalam bentuk informasi yang dituliskan dengan huruf Arab pada batu, daun, kayu, logam, dan kertas. Hikayat Banjar boleh jadi merupakan karya sastra berbahasa Banjar pertama yang dituliskan orang di Kerajaan Banjar. Menurut JJ Ras (1968:181) Hikayat Banjar selesai ditulis pada tahun 1728.
Langkanya peninggalan lama berupa karya sastra berbahasa Banjar yang dituliskan dalam bentuk buku-buku merupakan petunjuk bahwa para sastrawan Banjar pada zaman dahulu kala lebih senang menjalani profesinya secara oralitas (sastrawan lisan) bukan secara literalitas (sastrawan tulis).
Ada sejumlah jenis karya sastra yang dikenal dalam khasanah sastra Banjar genre lama, yakni andi-andi, bacaan (mantra Banjar), dongeng Banjar, dundam, hikayat Banjar, kisah Banjar, lamut, legenda Banjar, madihin, mitologi Banjar, pandung, pantun, paribasa, syair, dan surat tarasul (surat cinta berbentuk puisi).
Semua jenis karya sastra berbahasa Banjar dimaksud tidak ada yang dituliskan di atas batu, daun, kayu, logam, atau kertas, tetapi langsung dibacakan di depan forum dengan mengandalkan kemampuan mereka dalam menghapal dan mengolah rangkaian kosa-kata dengan sistem formulaik yang dikuasainya. Sistem pewarisannya dari generasi ke generasi juga dilakukan dengan cara dibacakan oleh guru untuk kemudian dihafalkan oleh muridnya.
Tradisi oralitas yang demikian itu membuat semua jenis karya sastra bergenre lama menjadi sangat rentan terhadap ancaman kepunahan. Kegiatan pelisanan dan penulisan andi-andi, bacaan, lamut, pandung, syair, dan surat tarasul pada kurun waktu 1980-2009 ini sudah relatif jarang dilakukan orang..Ada 3 jenis karya sastra Banjar bergenre lama yang masih agak sering dilisankan orang, yakni madihin, pantun, dan paribasa.
Kesenian madihin masih sering dipertunjukan orang dengan tokohnya yang paling populer Jon Tralala dan anaknya Hendra.Kegiatan bertukar pantun masih sering dilakukan sebagai bagian dalam tradisi maatar patalian (mengantar barang pinengset untuk calon mempelai wanita).Sejak tahun 2001, TVRI Banjarmasin menggelar mata acara Baturai Pantun.Acara yang disiarkan pada setiap hari Selasa ini di pandu oleh 3 host utama, yakni John Tralala (M Yusransyah), Eli Rahmi, dan Anang.Sementara itu, paribasa, masih sering dilisankan orang dalam percakapan-percakapan informal dan masih sering pula dituliskan orang sebagai selipan pemanis dalam tausiah para ulama, atau dalam pidato formal informal para penjabat dan tokoh masyarakat.

b. Khazanah Sastra Banjar Genre Baru

Khasanah sastra Banjar genre baru meliputi semua jenis karya sastra berbentuk puisi, prosa fiksi, dan drama yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja.Jika sastra Banjar genre lama pada umumnya dituliskan dalam huruf Arab, maka sastra Banjar genre baru semuanya ditulis dalam huruf Latin.

Etnis Banjar mulai berkenalan dengan huruf Latin sejak tahun 1860, yakni sejak Kerajaan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Gubernur Jenderal Belanda di Batavia. Sejak itu pula nama teritorial bekas wilayah Kerajaan Banjar ini diganti menjadi Keresidenan Borneo Selatan. Pada tahun 1930-an, ditemukan fakta otentik huruf Latin sudah digunakan oleh para sastrawan yang tinggal di Borneo Selatan sebagai sarana untuk menuliskan puisi dan prosa fiksi berbahasa Melayu (Indonesia)

Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan sastrawan Banjar mulai mempergunakan huruf Latin sebagai sarana untuk menuliskan karya sastra berbahasa Banjar. Sementara belum ada tahun yang pasti, Ganie (2010) menetapkan tanggal 2 Agustus 1971 sebagai patokan awal dimulainya sejarah penulisan karya sastra genre baru berbahasa Banjar.

Dasar penetapannya menurut Ganie (2010) adalah fakta bahwa sejak tanggal 2 Agustus 1971, SKH Banjarmasin Post mulai memuat cerita humor serial lepas yang ditulis dalam bahasa Banjar dengan tokoh utamanya Si Palui.Sejak itu hingga sekarang ini, SKH Banjarmasin Post setiap hari memuat satu judul cerita Si Palui. Secara struktural cerita humor Si Palui memenuhi kriteria sebagai karya sastra genre baru yang ditulis dalam bahasa Banjar, yakni sebagai cerpen Banjar modern.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Banjar di Kalsel belumlah menggembirakan secara kuantitatif dan kualitatif jika dibandingkan dengan kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Indonesia.Jumlah sastrawan Kalsel yang terdaftar dalam Antologi Biografi Sastrawan Kalsel 1930-2009 (Ganie, 2010) ada sebanyak 543 orang.Namun, dari jumlah itu, hanya sekitar 50 orang saja yang pernah menulis karya sastra berbahasa Banjar.
Minimnya jumlah sastrawan Kalsel yang bergiat sebagai penulis karya sastra berbahasa Banjar menjadikan sastra Banjar sebagai entitas yang marginal di Kalsel.Nasib buruk sastra Banjar yang demikian itu tidak bisa tidak berkaitan erat dengan tekanan hegemonik sastra Indonesia yang begitu kuat di Kalsel.Fakta ini menunjukan adanya problema tertentu dalam upaya menegakkan eksistensi sastra Banjar di Kalsel yang notabene berstatus sebagai pusat kebudayaan Banjar di muka bumi ini.

Jamal T. Suryanata (dalam Jarkasi dan Hernawan, 2006:85) berpendapat setidak-tidaknya ada 4 persoalan yang dihadapi sastra Banjar, yakni : (1) pengarang, (2) pembaca, (3) media penerbitan, dan (4) kritik sastra









 2.3 Pembagian Sastra Banjar

Sastra Banjar terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara tertulis.
1. Sastra Kalsik
a. Prosa
Yang termasuk dalam prosa adalah:
1. Mitos, yaitu kisah yang berhubungan dengan keajaiban. Misalnya kisah Ning Kurungan, Balik Kungkang, Pangantin Biawak.
2. Legenda, yaitu kisah yang berhubungan dengan nama tempat. Misalnya Asal Mula Nama Kampung Ulin, Asal Mula Kandangan, Gunung Batu Bini, Gunung Batu Laki.
3. Sage atau kisah kepahlawanan. Misalnya kisah Panji Utama, Panji Kuripan.
4. Kisah hantu dan raksasa. Misalnya kisah Ning Yaksa, Raksasa dan Anak Buangan
5. Kisah datu-datu. Misalnya kisah Datu Kandangan dan Datu Kartamina, Datu Taruna, Datu Pujung.
6. Fabel, yaitu kisah-kisah kehidupan binatang. Misalnya kisah Kura-Kura dan Kera, Pilanduk dan Buaya.
7. Kisah humor. Misalnya kisah Palui, Intingan.
8. Kisah benda pusaka. Misalnya kisah Keris Sampana, Keris Naga Salira.



b. Prosa Liris
Yang termasuk dalam prosa ini adalah Andi-andi Pipit dan Andi-andi Raja Daha.
c. Puisi
Yang termasuk dalam puisi adalah:
1. Syair, misalnya syair Brahma Sahdan, Ganda Kusuma.
2. Pantun, misalnya Pantun Kilat, Pantun Berkait.
3. Mantra.
d. Bentuk khusus
Bentuk khusus adalah bentuk sastra yang berupa campuran antara prosa dan puisi.Misalnya madihin, lamut, wayang, dan, mamanda.
2. Sastra Modern
Yang termasuk dalam sastra modern adalah:
a. Prosa, yaitu cerita pendek (cerpen dan novel)
b. Puisi
c. Drama





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sastra Banjar adalah sastra yang diungkapkan dalam bahasa Banjar.Sastra Banjar ini dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan.Sastra Banjar terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara tertulis.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua pihak yang terkait terutama lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian, Pariwisata, atau lembaga pendidikan lainnya agar peduli kepada keberadaan Sastra Banjar yang semakin langka.Semoga Sastra Daerah Banjar yang dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah – sekolah menjadikan siswa minimal mengetahui kekayaan khasanak senibudaya daerahnya dan begitu indahnya kesenian daerah yang tak kalah dengan kesenian modern lainnya dalam zaman globalisasi ini.Semoga.











DAFTAR PUSTAKA



1 komentar:

Jamal T. Suryanata mengatakan...

Lihat juga beberapa tulisan saya di 3 blog ini: (1) "Sastra Banjar Indonesia" (sastra-banjar.blogspot.com), (2) "Lasmin Papadaan" (jamalsuryanata.blogspot.com), dan (3) "Palidangan" (jamalts.blogspot.com). Ada juga di www.kompasiana.com/jamal.suryanata. Definisi keempat yg dikutip di atas sebenarnya mengacu pada definisi normatif yang pernah saya kemukakan dalam polemik sastra Banjar di SKH Radar Banjarmasin (2003). Dalam penulisan karya ilmiah mutlak harus berlandaskan pada prinsip kejujuran dan tanggung jawab ilmiah. Ok, lanjutkan.

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman