Tabel besaran pokok dan besaran tururnan lengkap

Posted by Unknown Rabu, 10 September 2014 0 komentar


Read More..

Sastra Banjar

Posted by Unknown Selasa, 06 Mei 2014 1 komentar
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya denganlimpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Sastra Banjar”

Dengan terselesainya makalah ini kami berharap, agar setelah membaca dan mempelajari makalah ini bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dan sebagaimana tertera dalam tujuan pembuatan makalah ini

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dan kami mengharapkan segala masukan baik berupa kritik maupun saran demi tersempurnanya makalah ini.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang pengertian transplantasi jaringan yang sangat diperlukan untuk mendapatkan wawasan dalam melanjutkan proses pembelajaran yang lebih efektif.


Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua.


Makassar, 13 Januari 2014
Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................       1
DAFTAR ISI ....................................................................................................         .           2
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................………...       3
1.1 Latar Belakang…....................................................................................  ..         3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ .        4
1.3 Tujuan ...................................................................................................         4

BAB II ISI ........................................................................................................                    5
2.1 Definisi dari Sastra Banjar……………………………………...........           5
2.2 Perbedaan antara Khazanah Sastra Banjar Genre Lama dan
Baru.....................................................................................................                 9
2.3 Pembagian Sastra Banjar………………………………………….....           12

BAB III PENUTUP .........................................................................................                     14
3.1 Kesimpulan ...........................................................................................         14
3.2 Saran .....................................................................................................         14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................       15








BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Sastra Banjar adalah semua jenis karya sastra yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.Sastrawan Banjar adalah siapa saja yang mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar kapan saja (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang), dan di mana saja (tidak mesti di Kalsel).

Dari sekian banyak definisi sastra Banjar dan sastrawan Banjar yang telah dirumuskan orang selama ini, pemakalah memilih versi sebagaimana yang dikutipkan di atas.Pemakalah berpendapat definisi itulah yang paling tepat dipilih dalam kaitannya dengan kepentingan strategi kebudayaan.

Sastra Banjar meliputi semua jenis karya sastra, tidak dibedakan antara yang bergenre lama dengan yang bergenre baru.Tidak dibedakan antara yang lisan (sastra lisan) dengan yang tertulis (sastra tulis). Tidak dibedakan berdasarkan latar belakang apa siapa sastrawannya (antara yang anonim dengan yang nonanonim, atau antara yang bersuku Banjar dengan yang bukan bersuku Banjar). Tidak dibedakan berdasarkan kurun waktu pelisanannya atau penulisannya (pada masa lalu, masa kini, atau pada masa yang akan datang). Tidak dibedakan berdasarkan lokasi pelisanan atau penulisannya (di Kalsel atau di luar Kalsel).Hanya satu syarat yang wajib dipenuhi, yakni berbahasa Banjar.Siapa saja berhak diakui atau mengakui dirinya sebagai sastrawan Banjar jika yang bersangkutan mampu melisankan atau menuliskan salah satu jenis karya sastra berbahasa Banjar di mana saja, dan kapan saja






 1.2  Rumusan Masalah
             §  Apa definisi dari sastra banjar?
             §  Apa perbedaan antara khazanah sastra banjar genre lama dan baru?
§  Bagaimana pembagian sastra banjar?

1.3  Tujuan
§  Mengetahui definisi dari sastra banjar
§  Mengetahuiperbedaan antara khazanah sastra banjar genre lama dan baru
§  Mengetahui pembagian sastra banjar




















BAB II

ISI

2.1Definisi dari Sastra Banjar

Menurut Tajuddin Noor Ganie (2006:4) para cerdik pandai di kalangan etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalimantan Selatan) masih saling adu argumentasi mengenai definisi sastra Banjar yang paling pas. Dalam tulisannya di rubrik Opini SKH Radar Banjarmasin Minggu (Pintu Masuk ke Rumah Sastra Banjar), Tajuddin Noor Ganie mencatat setidak-tidaknya ada 5 definisi sastra Banjar yang layak dipertimbangkan untuk dipikirkan dan akhirnya disepakati bersama oleh semua pihak untuk ditetapkan sebagai definisi sastra Banjar yang diresmikan.

DEFINISI PERTAMA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di Tanah Banjar (Kalsel) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar.

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas Sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
  1. bercerita tentang kehidupan keseharian etnis Banjar di Tanah Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kultural bersifat ekskulsif)
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya bukan sastrawan anonim tapi sastrawan yang diketahui asal-usulnya, yakni berasal dari kalangan etnis Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat eksklusif)
Implikasi akibat adanya ciri ke 3 pada defiisi sastra Banjar di atas adalah tidak tertampungnya karya sastra berbahasa Banjar yang bersifat anonim karena faktor etnisitas yang melekat pada diri sastrawan anonim tidak dapat dipastikan dengan jelas. Akibatnya, semua karya sastra berbahasa Banjar yang anonim seperti andi-andi, bacaan (mantra Banjar), bapandung (monolog Banjar), cerita rakyat (mitologi, legenda, hikayat, kisah, dongeng), japin carita (teater), lamut (prosa liris berbahasa Banjar), madihin (puisi Banjar), mamanda (teater), pantun Banjar, syair Banjar, dan surat tarasul (surat cinta berbahasa Banjar) tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok sastra Banjar.

DEFINISI DUA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar)yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh sastrawan yang berasal dari kalangan etnis Banjar di mana saja mereka berada di seluruh dunia (tidak mesti lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Tanah Banjar).

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3 ciri, yakni :
  1. bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi)
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya tidak dibatasi pada sastrawan Banjar yang lahir, tinggal, atau pernah tinggal di Kalsel saja, semua sastrawan keturunan Banjar di mana pun mereka berada termasuk dalam lingkup definisi ini (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka), pengecualian hanya dilakukan bagi sastrawan anonim
Implikasi akibat adanya pengecualian terhadap sastrawan anonim pada ciri yang ke 3 di atas, maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak pada definisi pertama juga masih tertolak pada defiisi ke dua ini.

DEFINISI TIGA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (tidak mesti di Tanah Banjar) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang berlatar belakang etnis Banjar),

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar merujuk kepada 3ciri, yakni
  1. bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi
  2. dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek bahasanya bersifat eksklusif)
  3. sastrawan yang melisankan atau menuliskannya boleh siapa saja, termasuk oleh sastrawan anonim sekali pun (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka, tidak ada pengecualian sama sekali).
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya (anonim, tidak anonim, Banjar, dan bukan Banjar sama saja), maka semua genre/jenis sastra Banjar yang tertolak dalam definisi satu dan dua di atas dengan sendirinya ikut tertampung dalam definisi tiga ini.

DEFINISI EMPAT

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang apa saja (tidak mesti tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh di dunia) yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan berlatar belakang etnis Banjar).

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Semua karya sastra yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar, tanpa memandang apa pun yang diceritakan di dalamnya tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kulturalnya tidak dibatasi), dan siapun yang meuliskannya (anonim, tidak anonim, orang Banjar, atau bukan orang Banjar) tetap diakui sebagai sastra Banjar (fokus dan lokus menyangkut faktor etnisitas sastrawannya bersifat terbuka).
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus dan lokus menyangkut aspek sosio kultural dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka bagi siapa saja yang mampu melisankan dan menuliskan karya sastra berbahasa Banjar.

DEFINISI LIMA

Semua jenis karya sastra yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa apa saja (tidak mesti dalam bahasa Banjar)oleh siapa saja (tidak mesti oleh sastrawan yang berlatar belakang etnis Banjar)

Ciri-ciri dan Implikasinya
Menurut definisi di atas sastra Banjar hanya merujuk kepada satu ciri, yakni bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
Implikasi akibat tidak adanya pembatasan dalam hal fokus lokus menyangkut aspek bahasa dan faktor etnisitas sastrawannya, maka sastra Banjar menjadi wilayah kreatif yang terbuka bagi siapa saja (tidak mesti bersuku bangsa Banjar) yang mampu melisankan atau menuliskan karya sastra dalam bahasa yang dikuasainya (tidak mesti dalam bahasa Banjar) yang bercerita tentang peri kehidupan etnis Banjar di mana pun juga di seluruh dunia.
2.2 Perbedaan antara Khazanah Sastra Banjar Genre Lama dan Baru
a. Khazanah Sastra Banjar Genre Lama
Etnis Banjar tidak memiliki sistem aksara sendiri, mereka baru mengenal sistem aksara Arab sejak tahun 1526. Hanya saja kemampuan baca tulis dalam huruf Arab ini tampaknya juga tidak diberdayakan sebagaimana mestinya, terbukti tidak banyak ditemukan peninggalan-peninggalan dalam bentuk informasi yang dituliskan dengan huruf Arab pada batu, daun, kayu, logam, dan kertas. Hikayat Banjar boleh jadi merupakan karya sastra berbahasa Banjar pertama yang dituliskan orang di Kerajaan Banjar. Menurut JJ Ras (1968:181) Hikayat Banjar selesai ditulis pada tahun 1728.
Langkanya peninggalan lama berupa karya sastra berbahasa Banjar yang dituliskan dalam bentuk buku-buku merupakan petunjuk bahwa para sastrawan Banjar pada zaman dahulu kala lebih senang menjalani profesinya secara oralitas (sastrawan lisan) bukan secara literalitas (sastrawan tulis).
Ada sejumlah jenis karya sastra yang dikenal dalam khasanah sastra Banjar genre lama, yakni andi-andi, bacaan (mantra Banjar), dongeng Banjar, dundam, hikayat Banjar, kisah Banjar, lamut, legenda Banjar, madihin, mitologi Banjar, pandung, pantun, paribasa, syair, dan surat tarasul (surat cinta berbentuk puisi).
Semua jenis karya sastra berbahasa Banjar dimaksud tidak ada yang dituliskan di atas batu, daun, kayu, logam, atau kertas, tetapi langsung dibacakan di depan forum dengan mengandalkan kemampuan mereka dalam menghapal dan mengolah rangkaian kosa-kata dengan sistem formulaik yang dikuasainya. Sistem pewarisannya dari generasi ke generasi juga dilakukan dengan cara dibacakan oleh guru untuk kemudian dihafalkan oleh muridnya.
Tradisi oralitas yang demikian itu membuat semua jenis karya sastra bergenre lama menjadi sangat rentan terhadap ancaman kepunahan. Kegiatan pelisanan dan penulisan andi-andi, bacaan, lamut, pandung, syair, dan surat tarasul pada kurun waktu 1980-2009 ini sudah relatif jarang dilakukan orang..Ada 3 jenis karya sastra Banjar bergenre lama yang masih agak sering dilisankan orang, yakni madihin, pantun, dan paribasa.
Kesenian madihin masih sering dipertunjukan orang dengan tokohnya yang paling populer Jon Tralala dan anaknya Hendra.Kegiatan bertukar pantun masih sering dilakukan sebagai bagian dalam tradisi maatar patalian (mengantar barang pinengset untuk calon mempelai wanita).Sejak tahun 2001, TVRI Banjarmasin menggelar mata acara Baturai Pantun.Acara yang disiarkan pada setiap hari Selasa ini di pandu oleh 3 host utama, yakni John Tralala (M Yusransyah), Eli Rahmi, dan Anang.Sementara itu, paribasa, masih sering dilisankan orang dalam percakapan-percakapan informal dan masih sering pula dituliskan orang sebagai selipan pemanis dalam tausiah para ulama, atau dalam pidato formal informal para penjabat dan tokoh masyarakat.

b. Khazanah Sastra Banjar Genre Baru

Khasanah sastra Banjar genre baru meliputi semua jenis karya sastra berbentuk puisi, prosa fiksi, dan drama yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja.Jika sastra Banjar genre lama pada umumnya dituliskan dalam huruf Arab, maka sastra Banjar genre baru semuanya ditulis dalam huruf Latin.

Etnis Banjar mulai berkenalan dengan huruf Latin sejak tahun 1860, yakni sejak Kerajaan Banjar dihapuskan secara sepihak oleh Gubernur Jenderal Belanda di Batavia. Sejak itu pula nama teritorial bekas wilayah Kerajaan Banjar ini diganti menjadi Keresidenan Borneo Selatan. Pada tahun 1930-an, ditemukan fakta otentik huruf Latin sudah digunakan oleh para sastrawan yang tinggal di Borneo Selatan sebagai sarana untuk menuliskan puisi dan prosa fiksi berbahasa Melayu (Indonesia)

Tidak diketahui secara pasti, sejak kapan sastrawan Banjar mulai mempergunakan huruf Latin sebagai sarana untuk menuliskan karya sastra berbahasa Banjar. Sementara belum ada tahun yang pasti, Ganie (2010) menetapkan tanggal 2 Agustus 1971 sebagai patokan awal dimulainya sejarah penulisan karya sastra genre baru berbahasa Banjar.

Dasar penetapannya menurut Ganie (2010) adalah fakta bahwa sejak tanggal 2 Agustus 1971, SKH Banjarmasin Post mulai memuat cerita humor serial lepas yang ditulis dalam bahasa Banjar dengan tokoh utamanya Si Palui.Sejak itu hingga sekarang ini, SKH Banjarmasin Post setiap hari memuat satu judul cerita Si Palui. Secara struktural cerita humor Si Palui memenuhi kriteria sebagai karya sastra genre baru yang ditulis dalam bahasa Banjar, yakni sebagai cerpen Banjar modern.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Banjar di Kalsel belumlah menggembirakan secara kuantitatif dan kualitatif jika dibandingkan dengan kegiatan penulisan karya sastra berbahasa Indonesia.Jumlah sastrawan Kalsel yang terdaftar dalam Antologi Biografi Sastrawan Kalsel 1930-2009 (Ganie, 2010) ada sebanyak 543 orang.Namun, dari jumlah itu, hanya sekitar 50 orang saja yang pernah menulis karya sastra berbahasa Banjar.
Minimnya jumlah sastrawan Kalsel yang bergiat sebagai penulis karya sastra berbahasa Banjar menjadikan sastra Banjar sebagai entitas yang marginal di Kalsel.Nasib buruk sastra Banjar yang demikian itu tidak bisa tidak berkaitan erat dengan tekanan hegemonik sastra Indonesia yang begitu kuat di Kalsel.Fakta ini menunjukan adanya problema tertentu dalam upaya menegakkan eksistensi sastra Banjar di Kalsel yang notabene berstatus sebagai pusat kebudayaan Banjar di muka bumi ini.

Jamal T. Suryanata (dalam Jarkasi dan Hernawan, 2006:85) berpendapat setidak-tidaknya ada 4 persoalan yang dihadapi sastra Banjar, yakni : (1) pengarang, (2) pembaca, (3) media penerbitan, dan (4) kritik sastra









 2.3 Pembagian Sastra Banjar

Sastra Banjar terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara tertulis.
1. Sastra Kalsik
a. Prosa
Yang termasuk dalam prosa adalah:
1. Mitos, yaitu kisah yang berhubungan dengan keajaiban. Misalnya kisah Ning Kurungan, Balik Kungkang, Pangantin Biawak.
2. Legenda, yaitu kisah yang berhubungan dengan nama tempat. Misalnya Asal Mula Nama Kampung Ulin, Asal Mula Kandangan, Gunung Batu Bini, Gunung Batu Laki.
3. Sage atau kisah kepahlawanan. Misalnya kisah Panji Utama, Panji Kuripan.
4. Kisah hantu dan raksasa. Misalnya kisah Ning Yaksa, Raksasa dan Anak Buangan
5. Kisah datu-datu. Misalnya kisah Datu Kandangan dan Datu Kartamina, Datu Taruna, Datu Pujung.
6. Fabel, yaitu kisah-kisah kehidupan binatang. Misalnya kisah Kura-Kura dan Kera, Pilanduk dan Buaya.
7. Kisah humor. Misalnya kisah Palui, Intingan.
8. Kisah benda pusaka. Misalnya kisah Keris Sampana, Keris Naga Salira.



b. Prosa Liris
Yang termasuk dalam prosa ini adalah Andi-andi Pipit dan Andi-andi Raja Daha.
c. Puisi
Yang termasuk dalam puisi adalah:
1. Syair, misalnya syair Brahma Sahdan, Ganda Kusuma.
2. Pantun, misalnya Pantun Kilat, Pantun Berkait.
3. Mantra.
d. Bentuk khusus
Bentuk khusus adalah bentuk sastra yang berupa campuran antara prosa dan puisi.Misalnya madihin, lamut, wayang, dan, mamanda.
2. Sastra Modern
Yang termasuk dalam sastra modern adalah:
a. Prosa, yaitu cerita pendek (cerpen dan novel)
b. Puisi
c. Drama





BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sastra Banjar adalah sastra yang diungkapkan dalam bahasa Banjar.Sastra Banjar ini dapat diungkapkan secara lisan maupun tulisan.Sastra Banjar terbagi menjadi 2, yaitu sastra klasik (lama) dan sastra modern (baru).Sastra klasik biasanya disampaikan dalam bentuk lisan sedangkan sastra modern disampaikan secara tertulis.
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua pihak yang terkait terutama lembaga kesenian seperti Dewan Kesenian, Pariwisata, atau lembaga pendidikan lainnya agar peduli kepada keberadaan Sastra Banjar yang semakin langka.Semoga Sastra Daerah Banjar yang dimasukkan ke dalam mata pelajaran muatan lokal di sekolah – sekolah menjadikan siswa minimal mengetahui kekayaan khasanak senibudaya daerahnya dan begitu indahnya kesenian daerah yang tak kalah dengan kesenian modern lainnya dalam zaman globalisasi ini.Semoga.











DAFTAR PUSTAKA



Read More..

Sastra India

Posted by Unknown 0 komentar
KATA PENGANTAR
Assalamualakum Wr. Wb.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini mengangkat tema “Sastra” dengan judul “Sastra India”. Makalah ini berisikan sejarah sastra India dan macam-macamnya. Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai sastra di dunia khususnya negara India. Tulisan ini juga bisa menjadi inspirasi bagi pembaca yang ingin membuat suatu karya sastra, seperti karya tulis, puisi, dll.
Tulisan ini dibuat guna memenuhi tugas sekolah. Saya menyadari bahwa tulisan ini masih memiliki berbagai kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya meminta maaf jika dalam tulisan ini masih ditemukan beberapa kekeliruan, dan saya juga menharapkan kritik serta saran yang bersifat mendidik. Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terimakasih.












DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar                                                                                                           2
Daftar Isi                                                                                                                     3
BAB I  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah                                                                     4         
B.     Rumusan Masalah                                                                               4         
C.     Tujuan Penelitian                                                                                4
BAB II  PEMBAHASAN
A.       Macam-macam sastra India
1.                   Sastra Sansekerta                                                                    5
2.                   Weda                                                                                       5
3.                   Mahabharata                                                                           6
4.                   Ramayana                                                                               12
B.        Sastrawan India                                                                                  15
DAFTAR PUSTAKA                                                                                                            16






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bentuk-bentuk awal sastra India berbentuk sastra lisan yang kemudian dijadikan sastra tertulis. Kesusastraan India mencakup karya-karya sastra Sanskerta, seperti bentuk awal Weda, eposMahabharata dan Ramayana, drama Sakuntala, puisi-puisi seperti Mahākāvya, dan sastra Sangam dalam bahasa Tamil. Di antara penulis India era modern terdapat sastrawan Rabindranath Tagore yang memenangi Hadiah Nobel tahun 1913.
B.     Rumusan masalah
·         Tuliskan macam-macam sastra India
·         Tuliskan sastrawan India
C.     Tujuan
·           Mengetahui macam-macam sastra India
·           Mengetahui sastrawan India










BAB II
PEMBAHASAN

A.       Macam-macam sastra India
1.                  Sastra Sanskerta
                         Sastra atau kesusastraan Sanskerta adalah salah satu sastra tertua di anakbenua India. Karena fungsinya yang besar sebagai bahasa liturgis agama Hindu (dan Buddha) serta bahwa banyak bahwa kebanyakan bahasa modern India secara langsung diturunkan atau sangat dipengaruhi bahasa Sanskerta, maka tidak mengherankan bahwa posisi bahasa Sanskerta di kebudayaan India dan juga negara-negara Asia Tenggara dan Timur mirip dengan situasi bahasa Latin dalam kebudayaan Eropa.
2.                  Weda
                         Weda (Sanskerta: वेद; Vid, "ilmupengetahuan") adalah kitab suciagama Hindu. Weda merupakan kumpulan sastra-sastra kuno dari zaman India Kuno yang jumlahnya sangat banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti (secara harfiah berarti "yang didengar"), karena umat Hindu percaya bahwa isi Weda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Weda diyakini sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada hingga saat ini. Pada masa awal turunnya wahyu, Weda diturunkan/diajarkan dengan sistem lisan — pengajaran dari mulut ke mulut, yang mana pada masa itu tulisan belum ditemukan — dari guru ke siswa. Setelah tulisan ditemukan, para Resi menuangkan ajaran-ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan. Weda bersifat apaurusheya, karena berasal dari wahyu, tidak dikarang oleh manusia, dan abadi. Maharesi Byasa, menyusun kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda, Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda. Semua itu disusun pada masa awal Kaliyuga.
Secara etimologi, kata Weda berakar dari kata vid, yang dalam bahasa Sanskerta berarti "mengetahui", dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid, yang berarti "melihat" atau "mengetahui". weid juga merupakan akar kata dari wit dalam Bahasa Inggris, sebagaimana kata vision dalam bahasa Latin.

Upaweda

Upaweda merupakan turunan dari Weda yang merupakan jurusan ilmu yang lebih spesifik dalam aplikasi kehidupan. Upaweda digolongkan dalam beberapa jurusan, antara lain:
·           Ayurweda - Ilmu pengobatan.
·           Dhanurweda - Seni bela diri dan persenjataan.
Ayurveda dan Dhanurveda memiliki beberapa kesamaan dalam kegiatan prakteknya. Keduanya bekerja dengan memanfaatkan Marma, energi Prana yang mengalir di dalam tubuh. Ayurveda berfungsi mengobati badan jasmani, sedangkan Dhanurveda memanfaatkan energi prana sebagai pelindung tubuh. Konsep ini juga dikenal dalam ilmu pengetahuan di Cina, dalam akupuntur dan seni beladiri-nya.
·           Gandharv Veda - Seni musik, sajak dan tari
Beberapa bidang ilmu seperti Jyotisha (Ilmu Astrologi), Tantra, Shiksha dan Vyakara (Ilmu Tata Bahasa) juga bersumber pada Weda.
3.      Mahabharata
   Mahabharata (Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab). Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perangBharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.

Pengaruh dalam budaya

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/81/Kurukshetra.jpg/300px-Kurukshetra.jpg
Ilustrasi pada sebuah naskah bersungging mengenai perang Bharatayuddha di Kurusetra.
Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara.
Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa bahasa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa.
Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lawas dengan metrum India berbahasa Jawa Kuno. Salah satu yang terkenal ialah kakawin Arjunawiwaha (Arjunawiwāha, perkawinan Arjuna) gubahan mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder, 1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa.
Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis kakawin Hariwangśa pada masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gaţotkacāśraya pada masa raja Kertajaya (1194-1222 M) dari Kediri.
Beberapa kakawin lain turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut, di antaranya adalah Kŗşņāyana (karya mpu Triguna) dan Bhomāntaka (pengarang tak dikenal) keduanya dari zaman kerajaan Kediri, dan Pārthayajña (mpu Tanakung) di akhir zaman Majapahit. Salinan naskah-naskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui tersimpan di Bali.
Di samping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton SurakartaYasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18.
Dalam dunia sastera popular Indonesia, cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya dari R.A. Kosasih.

Versi-versi Mahabharata

Di India ditemukan dua versi utama Mahabharata dalam bahasa Sanskerta yang agak berbeda satu sama lain. Kedua versi ini disebut dengan istilah "Versi Utara" dan "Versi Selatan". Biasanya versi utara dianggap lebih dekat dengan versi yang tertua.

Daftar kitab

Mahābhārata merupakan kisah epik yang terbagi menjadi delapan belas kitab atau sering disebut Astadasaparwa. Rangkaian kitab menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahābhārata, yakni semenjak kisah para leluhur Pandawa dan Korawa (Yayati, Yadu, Puru, Kuru, Duswanta, Sakuntala, Bharata) sampai kisah diterimanya Pandawa di surga.
Nama kitab
Keterangan
Kitab Adiparwa berisi berbagai cerita yang bernafaskan Hindu, seperti misalnya kisah pemutaran Mandaragiri, kisah Bagawan Dhomya yang menguji ketiga muridnya, kisah para leluhur Pandawa dan Korawa, kisah kelahiran Rsi Byasa, kisah masa kanak-kanak Pandawa dan Korawa, kisah tewasnya rakshasaHidimba di tangan Bhimasena, dan kisah Arjuna mendapatkan Dropadi.
Kitab Sabhaparwa berisi kisah pertemuan Pandawa dan Korawa di sebuah balairung untuk main judi, atas rencana Duryodana. Karena usaha licik Sangkuni, permainan dimenangkan selama dua kali oleh Korawa sehingga sesuai perjanjian, Pandawa harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun dan setelah itu melalui masa penyamaran selama 1 tahun.
Kitab Wanaparwa berisi kisah Pandawa selama masa 12 tahun pengasingan diri di hutan. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah Arjuna yang bertapa di gunung Himalaya untuk memperoleh senjata sakti. Kisah Arjuna tersebut menjadi bahan cerita Arjunawiwaha.
Kitab Wirataparwa berisi kisah masa satu tahun penyamaran Pandawa di Kerajaan Wirata setelah mengalami pengasingan selama 12 tahun. Yudistira menyamar sebagai ahli agama, Bhima sebagai juru masak, Arjuna sebagai guru tari, Nakula sebagai penjinak kuda, Sahadewa sebagai pengembala, dan Dropadi sebagai penata rias.
Kitab Udyogaparwa berisi kisah tentang persiapan perang keluarga Bharata (Bharatayuddha). Kresna yang bertindak sebagai juru damai gagal merundingkan perdamaian dengan Korawa. Pandawa dan Korawa mencari sekutu sebanyak-banyaknya di penjuru Bharatawarsha, dan hampir seluruh Kerajaan India Kuno terbagi menjadi dua kelompok.
Kitab Bhismaparwa merupakan kitab awal yang menceritakan tentang pertempuran di Kurukshetra. Dalam beberapa bagiannya terselip suatu percakapan suci antara Kresna dan Arjunamenjelang perang berlangsung. Percakapan tersebut dikenal sebagai kitab Bhagavad Gītā. Dalam kitab Bhismaparwa juga diceritakan gugurnya Resi Bhisma pada hari kesepuluh karena usaha Arjuna yang dibantu oleh Srikandi.
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Korawa. Drona berusaha menangkap Yudistira, namun gagal. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestadyumna ketika ia sedang tertunduk lemas mendengar kabar yang menceritakan kematian anaknya, Aswatama. Dalam kitab tersebut juga diceritakan kisah gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
Kitab Karnaparwa menceritakan kisah pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryodana setelah gugurnya Bhisma, Drona, dan sekutunya yang lain. Dalam kitab tersebut diceritakan gugurnya Dursasana oleh Bhima. Salya menjadi kusir kereta Karna, kemudian terjadi pertengkaran antara mereka. Akhirnya, Karna gugur di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
Kitab Salyaparwa berisi kisah pengangkatan Sang Salya sebagai panglima perang Korawa pada hari ke-18. Pada hari itu juga, Salya gugur di medan perang. Setelah ditinggal sekutu dan saudaranya, Duryodana menyesali perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa. Hal itu menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryodana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian tersebut, Duryodana gugur, tapi ia sempat mengangkat Aswatama sebagai panglima.
Kitab Sauptikaparwa berisi kisah pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Pada malam hari, ia bersama Kripa dan Kertawarma menyusup ke dalam kemah pasukan Pandawa dan membunuh banyak orang, kecuali para Pandawa. Setelah itu ia melarikan diri ke pertapaan Byasa. Keesokan harinya ia disusul oleh Pandawa dan terjadi perkelahian antara Aswatama dengan Arjuna. Byasa dan Kresna dapat menyelesaikan permasalahan itu. Akhirnya Aswatama menyesali perbuatannya dan menjadi pertapa.
Kitab Striparwa berisi kisah ratap tangis kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka di medan pertempuran. Yudistira menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur. Pada hari itu pula Dewi Kunti menceritakan kelahiran Karna yang menjadi rahasia pribadinya.
Kitab Santiparwa berisi kisah pertikaian batin Yudistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan pertempuran. Akhirnya ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna. Mereka menjelaskan rahasia dan tujuan ajaran Hindu agar Yudistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai Raja.
Kitab Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudistira kepada Resi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang Raja, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma meninggalkan dunia dengan tenang.
Kitab Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudistira. Kitab tersebut juga menceritakan kisah pertempuran Arjuna dengan para Raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula tewas dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, namun dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
Kitab Asramawasikaparwa berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan, untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka menyerahkan tahta sepenuhnya kepada Yudistira. Akhirnya Resi Narada datang membawa kabar bahwa mereka telah pergi ke surga karena dibakar oleh api sucinya sendiri.
Kitab Mosalaparwa menceritakan kemusnahan bangsa Wresni. Sri Kresna meninggalkan kerajaannya lalu pergi ke tengah hutan. Arjuna mengunjungi Dwarawati dan mendapati bahwa kota tersebut telah kosong. Atas nasihat Rsi Byasa, Pandawa dan Dropadi menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
Kitab Mahaprastanikaparwa menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Dropadi ke puncak gunung Himalaya, sementara tahta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Dropadi dan para Pandawa (kecuali Yudistira), meninggal dalam perjalanan.
Kitab Swargarohanaparwa menceritakan kisah Yudistira yang mencapai puncak gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia. Ia menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan anjingnya sendirian. Si anjing menampakkan wujudnya yang sebenanrnya, yaitu Dewa Dharma.

Suntingan teks

Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar di Bhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata. Suntingan teks ini terdiri dari 13.000 halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaṃsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata
.
4.      Ramayana
Ramayana (dari bahasa Sanskerta: रामायण, Rāmâyaṇa; yang berasal dari kata Rāma dan Ayaṇa yang berarti "Perjalanan Rama") adalah sebuah cerita epos dari India yang digubah oleh Walmiki (Valmiki) atau Balmiki. Cerita epos lainnya adalah Mahabharata.
Ramayana terdapat pula dalam khazanah sastra Jawa dalam bentuk kakawin Ramayana, dan gubahan-gubahannya dalam bahasa Jawa Baru yang tidak semua berdasarkan kakawin ini.
Dalam bahasa Melayu didapati pula Hikayat Seri Rama yang isinya berbeda dengan kakawin Ramayana dalam bahasa Jawa kuna.
Di India dalam bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda sebagai berikut:
  1. Balakanda
  2. Ayodhyakanda
  3. Aranyakanda
  4. Kiskindhakanda
  5. Sundarakanda
  6. Yuddhakanda
  7. Uttarakanda
Banyak yang berpendapat bahwa kanda pertama dan ketujuh merupakan sisipan baru. Dalam bahasa Jawa Kuna, Uttarakanda didapati pula.

Pengaruh dalam budaya

Beberapa babak maupun adegan dalam Ramayana dituangkan ke dalam bentuk lukisan maupun pahatan dalam arsitektur bernuansa Hindu. Wiracarita Ramayana juga diangkat ke dalam budaya pewayangan di Nusantara, seperti misalnya di Jawa dan Bali. Selain itu di beberapa negara (seperti misalnya Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Philipina, dan lain-lain), Wiracarita Ramayana diangkat sebagai pertunjukan kesenian.

Daftar kitab

Wiracarita Ramayana terdiri dari tujuh kitab yang disebut Saptakanda. Urutan kitab menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam Wiracarita Ramayana. Lihat di bawah ini :
Nama kitab
Keterangan
Kitab Balakanda merupakan awal dari kisah Ramayana. Kitab Balakanda menceritakan Prabu Dasarata yang memiliki tiga permaisuri, yaitu: Kosalya, Kekayi, dan Sumitra. Prabu Dasarata berputra empat orang, yaitu: Rama, Bharata, Lakshmana dan Satrughna. Kitab Balakanda juga menceritakan kisah Sang Rama yang berhasil memenangkan sayembara dan memperistri Sita, puteri Prabu Janaka.
Kitab Ayodhyakanda berisi kisah dibuangnya Rama ke hutan bersama Dewi Sita dan Lakshmana karena permohonan Dewi Kekayi. Setelah itu, Prabu Dasarata yang sudah tua wafat. Bharata tidak ingin dinobatkan menjadi Raja, kemudian ia menyusul Rama. Rama menolak untuk kembali ke kerajaan. Akhirnya Bharata memerintah kerajaan atas nama Sang Rama.
Kitab Aranyakakanda menceritakan kisah Rama, Sita, dan Lakshmana di tengah hutan selama masa pengasingan. Di tengah hutan, Rama sering membantu para pertapa yang diganggu oleh para rakshasa. Kitab Aranyakakanda juga menceritakan kisah Sita diculik Rawana dan pertarungan antara Jatayu dengan Rawana.
Kitab Kiskindhakanda menceritakan kisah pertemuan Sang Rama dengan Raja kera Sugriwa. Sang Rama membantu Sugriwa merebut kerajaannya dari Subali, kakaknya. Dalam pertempuran, Subali terbunuh. Sugriwa menjadi Raja di Kiskindha. Kemudian Sang Rama dan Sugriwa bersekutu untuk menggempur Kerajaan Alengka.
Kitab Sundarakanda menceritakan kisah tentara Kiskindha yang membangun jembatan Situbanda yang menghubungkan India dengan Alengka. Hanuman yang menjadi duta Sang Rama pergi ke Alengka dan menghadap Dewi Sita. Di sana ia ditangkap namun dapat meloloskan diri dan membakar ibukota Alengka.
Kitab Yuddhakanda menceritakan kisah pertempuran antara laskar kera Sang Rama dengan pasukan rakshasa Sang Rawana. Cerita diawali dengan usaha pasukan Sang Rama yang berhasil menyeberangi lautan dan mencapai Alengka. Sementara itu Wibisana diusir oleh Rawana karena terlalu banyak memberi nasihat. Dalam pertempuran, Rawana gugur di tangan Rama oleh senjata panah sakti. Sang Rama pulang dengan selamat ke Ayodhya bersama Dewi Sita.
Kitab Uttarakanda menceritakan kisah pembuangan Dewi Sita karena Sang Rama mendengar desas-desus dari rakyat yang sangsi dengan kesucian Dewi Sita. Kemudian Dewi Sita tinggal di pertapaan Rsi Walmiki dan melahirkan Kusa dan Lawa. Kusa dan Lawa datang ke istana Sang Rama pada saat upacara Aswamedha. Pada saat itulah mereka menyanyikan Ramayana yang digubah oleh Rsi Walmiki.

B.       Sastrawan India
                         Salah satu sastrawan India yang terkenal ialah Rabindranath Tagore. Rabindranath Tagore (bahasa Bengali: Rabindranath Thakur; lahir di Jorasanko, Kolkata, India, 7 Mei1861 – meninggal 7 Agustus1941 pada umur 80 tahun) juga dikenal dengan nama Gurudev, adalah seorang Brahmo Samaj, penyair, dramawan, filsuf, seniman, musikus dan sastrawanBengali. Ia terlahir dalam keluarga Brahmana Bengali, yaitu Brahmana yang tinggal di wilayah Bengali, daerah di anakbenua India antara India dan Bangladesh. Tagore merupakan orang Asia pertama yang mendapat anugerah Nobel dalam bidang sastra (1913).
Tagore mulai menulis puisi sejak usia delapan tahun, ia menggunakan nama samaran “Bhanushingho” (Singa Matahari) untuk penerbitan karya puisinya yang pertama pada tahun 1877, dan menulis cerita pendek pertamanya pada usia enam belas tahun. Ia mengenyam pendidikan dasar di rumah (Home Schooling), dan tinggal di Shilaidaha, serta sering melakukan perjalanan panjang yang menjadikan ia seorang yang pragmatis dan tidak suka/patuh pada norma sosial dan adat. Rasa kecewa kepada British Raj membuat Tagore memberikan dukungan pada Gerakan Kemerdekaan India dan berteman dengan Mahatma Gandhi. Dan juga dikarenakan rasa kehilangan hampir segenap keluarganya, serta kurangnya penghargaan dari Benggala atas karya besarnya, Universitas Visva-Bharati.
Beberapa karya besarnya antara lain Gitanjali (Song Offerings), Gora (Fair-Faced), dan Ghare-Baire (The Home and the World), serta karya puisi, cerita pendek dan novel dikenal dan dikagumi dunia luas. Ia juga seorang reformis kebudayaan dan polymath yang memodernisasikan seni budaya di Benggala. Dua buah lagu dari aliran Rabindrasangeet (sebuah aliran lagu yang ia ciptakan) kini menjadi lagu kebangsaanBangladesh (Amar Shonar Bangla) dan India (Jana Maha Gana).
DAFTAR PUSTAKA

Read More..

Total Tayangan Halaman